"Terharu, dunia adil berputar. Apalagi, saat nonton bareng ada Menaker Hanif Dhakiri, Budiman Sudjatmiko dan tokoh yang ikut diculik di tahun '98, Bung Nerfa dan aktivis lainnya," kata Banyu usai nonton bareng di Plaza Senayan, Jakarta, Minggu (19/1/2015).
Banyu merokemdasikan film besutan sutradara Lukman Sardi ini menjadi tontotan wajib generasi muda. "Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ini salah satu untuk mendukung industri kreatif, salam #BanggaFilmIndonesia," terangnya.
Menurutnya, seni dan kreatifitas apa pun merupakan barang mahal. Semua itu tidak terbeli oleh mata uang apapun. Sehingga semua generasi harus terus mendukung film, musik, teater, olah raga yang dihasilkan anak-anak Indonesia.
Sementara itu politikus Budiman Sudjatmiko melihat film ini mengaku sangat merasakan efek reformasi, apalagi ketika mengetahui Hanif Dhakiri turun ke jalan dan mengikuti berita melalui siaran radio. "Saya mendengar lagu Gugur Bunga yang ternyata mengiringi tragedi meninggalnya delapan mahasiswa Trisakti," ujar Budiman.
Hanif pun sama. Ia melihat Reformasi '98 mengubah demokrasi Indonesia menjadi sekarang ini. "Film ini realistik dan tidak 'lebay', bagus untuk ditonton, salut kepada Lukman Sardi," ungkapnya.
Di Balik 98 merupakan debut artis peran Lukman Sardi sebagai sutradara film panjang. Film ini ikut dibintangi Boy William, Donny Alamsyah, Fauzi Baadilla, Alya Rohali, Verdi Solaiman, hingga Amoroso Katamsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.