JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah beragam kesibukannya, termasuk persiapan pentas bersama Teater Gandrik, Butet Kartaredjasa (53) masih sempat menjadi tenaga staf pemasaran dan lumayan sukses.
"Karena terampil menangis bukan monopolinya ketua partai, maka marilah kita menangis secara adil dan beradab bersama Teater Gandrik lewat lakon Tangis. Guyonan yang menyehatkan. Ngakak Pol," tulis Butet berpromosi melalui WhatsApp.
Cara promosi yang memancing senyum ini sedikit menggambarkan bagaimana Tangis yang ditulis Agus Noor akan dipentaskan. Sebagai karya panggung, Tangis merupakan oplosan dua lakon lama Teater Gandrik berjudul Tangis dan Juragan Abiyoso karya Heru Kesawa Murti.
Tahun 1989, Butet berperan sebagai tokoh Pangajab, anak juragan yang ngebet ingin berkuasa. Sementara di pentas yang akan digelar 11-12 Februari di Taman Budaya Yogyakarta dan 20-21 Februari di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, ini, Butet berperan sebagai Juragan Abiyoso, tokoh sepuh yang siap lengser menjadi begawan.
"Tangis itu sebuah kisah tentang politik air mata. Air mata bisa multifungsi. Bisa jadi senjata mendaki kursi kekuasaan. Bisa jadi siasat memanen empati. Tetapi, bisa juga untuk praktik menjilat pimpinan," ujar Butet, Jumat (6/2).
Di pentas kesekian puluh ini, Teater Gandrik hendak menguji format baru yang lebih membuka ruang dialog dengan penonton meskipun tetap dengan semangat seperti biasanya, guyon parikena. "Kocak berotak. Kalau, toh, ada suasana tragik dan horor, ini khas tragik dan horor Gandrik. Tetap jenaka," ujarnya. (INU)