Project Pop yang terus berkiprah sampai hampir dua dekade membuktikan bahwa lagu jenaka mempunyai tempat tersendiri di belantika musik pop Tanah Air. Digawangi oleh Tika, Udjo, Gugum, Yossi, Oon, dan Odie, Project Pop sejak paruh kedua era 1990-an populer lewat lagu seperti "Dangdut is the Music of My Country" dan "Tu Wa Ga Pat".
Album kesembilan mereka, Move On, yang diproduseri sendiri oleh Project Pop dan Irwan Simanjuntak, memuat 10 lagu lama mereka yang digarap ulang plus dua lagu baru. Lagu lama tersebut ialah "Move On", "Gara-gara Kahitna", "Goyang Duyu", "Ingatlah Hari Ini", "BDG40 (Katakan Cinta)", "Plis Plis Polisi", "Sama-Sama", "Together Hamburger", "Beda Sama Kamu", "TTN-Teman tapi Ngarep". Adapun dua lagu lainnya merupakan lagu baru, yaitu "Mengapa-Mengapa" dan "Antara Bandung-Kuala Lumpur".
Kejenakaan lagu Project Pop dibangun lewat lirik, misalnya pada lagu "Antara Bandung-Kuala Lumpur". Lagu tentang kisah cinta yang terentang antara Bandung dan Kuala Lumpur ini digarap dengan gaya pop bernuansa Melayu. Ditampilkan suara akordion untuk memperkuat kesan kemelayuan lagu. Simak lirik lagunya:
"Kukejar dirimu ke Malaysia/ Menunggumu di menara kembar dua/ Sebulan tak kunjung bertemu jua/ Kurasa kau tinggal di Selangor. (Bukan)/ Mungkin juga kau tinggal di Johor (Bukan)/ Jangan-jangan kau tinggal di Bogor. (Nggak mau kasih tau)..."
Adapun kejenakaan lagu "Mengapa-Mengapa" dibangun lewat klip video. Lagu dikemas dengan musik yang "menggoda" orang untuk bergoyang, yaitu dangdut koplo. Istilah dangdut koplo ini disebut Udjo sebagai electronic dance music ala Indonesia. Jenis musik ini dipilih Project Pop karena electronic dance music tengah menjadi tren di dunia, termasuk di Indonesia dengan istilah dangdut koplo tersebut. Semakin terasa Indonesia karena di dalamnya disusupi alunan seruling Sunda.
Dosis kejenakaan diperbanyak lewat klip video lagu "Mengapa-Mengapa". Project Pop menyajikan beberapa jenis goyang yang dibawakan para personelnya sambil menyanyi. Ada goyang penguin, goyang senota, goyang itik, goyang duyu, goyang dumang, goyang ngebor, goyang morena, hingga goyang why-why (mengapa-mengapa) sesuai judul lagu.
Dengan jurus-jurus jenaka tersebut, Project Pop terus berkarya sampai hari ini. "Ini adalah bukti kami tetap menunaikan tanggung jawab sebagai orang-orang yang memiliki bakat menghibur. Jadi bukan sekadar persoalan distribusi atau uang belaka," kata Yossi.
Ditambahkan Udjo, meski banyak yang menyebut Project Pop adalah grup tua, Udjo dan teman-temannya bergeming. "Kami menolak untuk tua dan menolak untuk tidak kreatif," kata Udjo mantap.
Project Pop bahkan juga berencana melebarkan sayap ke negeri jiran dengan mengusung lagu "Antara Bandung-Kuala Lumpur". Publik musik Malaysia adalah pemuja lagu Project Pop, salah satunya pada lagu ”Bukan Superstar” yang klip videonya di kanal Youtube disaksikan lebih dari dua juta orang dalam kurun waktu lebih dari setahun.
"Yang pasti kami akan berkarya terus. Menghibur mulai dari bocah sampai opa-opa. Biarkan mereka enggak kenal kami, kami tetap nyanyi," tandas Udjo.
Bing Slamet-Bimbo
Project Pop adalah bagian dari deretan penyanyi pembawa lagu jenaka. Pada era 1960-an Bing Slamet bisa disebut sebagai salah seorang yang memopulerkan lagu jenaka. Bing yang kebetulan dikenal sebagai komedian adalah penyanyi serius. Dia adalah penyanyi pemenang Bintang Radio untuk jenis hiburan pada tahun 1950-an. Dalam keseriusan bernyanyi itu, ia membawakan sejumlah lagu jenaka, seperti "Nonton Bioskop" (1968) yang dalam sampul album tercatat sebagai karya Benjamin S. Sekadar pengingat, lagu itu diawali dengan lirik "malam minggu aye pergi ke bioskop...” dan berakhir dengan lirik ”dasar sial, pulang-pulang nginjek gituan".
Lagu jenaka Bing juga ditandai dengan suara jenaka dari tokoh rekaan yang oleh Bing disebut sebagai Giman. Suara jenaka itu dihasilkan oleh teknik rekaman yang materinya berasal dari suara Bing sendiri lalu direkayasa menjadi suara gepeng. Misalnya pada lagu "Giman Bernyanyi" dan "Nonton Bioskop". Bahkan, ada satu album tersendiri yang memuat suara jenaka Bing dengan Giman dalam album Bing Slamet, Bing dan Giman Bernyanyi, yang berisi lagu "Burung Nuri".
Bimbo juga termasuk grup "serius" dengan lagu seperti "Melati dari Jayagiri", "Tuhan", "Sajadah Panjang", dan lagu-lagu dari album kasidah pop mereka. Akan tetapi, di antara puluhan karya populer mereka, Bimbo punya belasan lagu jenaka dan sebagian besar cukup populer. Berikut sejumlah lagu Bimbo dengan lirik jenaka: "Calon Mertua", "Cinta Kilat", "Pacar", "Berpacaran", "Pacarku Manis", "Mata", "Tangan", "Bibir", "Kumis", "Singkatan", "Pantun Jenaka".
Menjelang era akhir 1970-an muncul kelompok Orkes Moral Pancaran Sinar Petromax (PSP) yang membuat album-album berisi lagu "pelesetan" dengan gaya dangdut-dangdutan. Sebagian awal PSP adalah personel dari Chaseiro, kelompok vokal yang bisa dibilang serius. Mereka tumbuh dari kampus Universitas Indonesia.
Dari kampus pula lahir kelompok Padhyangan atau P Project yang merupakan gabungan dari mahasiswa Universitas Padjadjaran dan Universitas Parahyangan, Bandung. Mereka berawak Iszur Muchtar, Denny Chandra, Daan Aria, Joe, Iang Darmawan, Wawan Hanura, dan Denden Herman. Pada kurun 1993-1998 mereka cukup populer lewat lima album.
Sejumlah lagu populer mereka antara lain berupa pelesetan lagu terkenal, seperti ”Kop dan Headen” yang digarap dari lagu "Close to Heaven" milik Color Me Badd. Juga lagu berjudul "Lagunya Lagu Bola" yang diambil dari lagu Ricky Martin "The Cup of Life". Itu salah satu lagu untuk menyambut Piala Dunia 1998. Tumbuh pada era televisi, kejenakaan lagu-lagu P Project didukung oleh klip video komedik. Dari P Project kemudian lahir Project Pop yang sampai hari ini terus bergerak jenaka. (DOE/XAR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.