Menurut Sapardi, ia menolak tawaran tersebut karena draf skenario film yang disodorkan oleh Luna melenceng dari makna puisi yang ia tulis pada 1989 tersebut.
"Ketika dia (Luna Maya) menawarkan itu, minta izin, dia kan menyerahkan skenario, tetapi skenarionya kok lain," kata Sapardi.
Terlebih lagi, lanjut Sapardi, novel Hujan Bulan Juni, yang baru diluncurkannya dan ditulisnya berdasarkan puisinya tersebut, memiliki penokohan dan alur cerita yang berbeda jauh dari draf skenario versi Luna. Oleh karena itu, menurut Sapardi lagi, akan aneh jika ada film dan novel yang judulnya sama, tetapi alur cerita dan penokohannya jauh berbeda.
"Waktu ditawari itu (film), saya belum selesai tulis novelnya. Dia kan sama sekali belum baca novel saya," katanya.
"Mereka bikin sendiri (draf skenario), jadi lain sekali situasinya. Ini bisa bermasalah bagi yang nonton dan yang baca. Kalau berbeda karena diintepretasikan, enggak apa-apa. Kalau sama sekali berbeda (makna), ya untuk apa judulnya sama," ujarnya.
"(Ceritanya) bukan harus sama seperti cerita novel. Dia kan belum baca novel, mau ambil dari puisi aja. Namun, kalau berdasarkan puisinya, nanti akan berbeda dengan novelnya. Jadi, barang kali tidak (jadi film). Gimana kalau nanti cerita filmnya lain, cerita novelnya lain?" ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.