"Pada pemilihan sudah tidak sesuai visi-misi lagi. Tidak sesuai AD/ART. Itu yang saya sayangkan dan saya merasa enggak puas aja," ujar Ody kepada saat dihubungi per telepon oleh Kompas.com di Jakarta, Kamis (17/9/2015) malam.
Ody menekankan bahwa Firman telah keliru mengartikan hasil voting. Menurut produser Maxima Production tersebut, pemilihan dan pengangkatan ketua PPFI sejatinya dilakukan atas dasar hasil urun rembuk tiga formatur yang dipilih secara voting dalam kongres.
"Percuma dong dibentuk tiga formatur untuk menentukan siapa ketuanya kalau Firman klaim sudah sah jadi ketua karena terpilih 19 suara hasil voting," lanjutnya.
Dengan begitu, Ody menegaskan bahwa dirinya dan Parwez enggan mengakui status Firman sebagai ketua umm PPFI periode 2015-2018. "Kami belum putuskan Pak Firman. Kalau dia mau klaim silakan saja. Dua dari tiga formatur ini, saya dan Parwez belum mengakui dia sebagai ketua. Saya masih minta waktu untuk mikir," katanya.
Selain itu, yang menjadi permasalahan lainnya adalah para produser senior dalam PPFI sepakat bahwa organisasi tersebut perlu peremajaan kepengurusan, sehingga dalam hal ini Firman yang sudah pernah menjabat sebagai ketua pada periode sebelumnya diminta legawa untuk mengoper tongkat estafet kepada produser yang lebih muda.
"Iya pak Firman langsung (bilang). Dia pernah statement mau mengundurkan diri (dalam pemilihan ketua umum). Kami (anggota) sepakat akan ada beberapa calon regenerasi baru. Tapi dia tampil lagi dan menang. Entah ada kepentingan pribadi atau apa, yang pasti ini organisasi bersama, buka perusahaan milik pribadi," kata Ody.
Saat disinggung akankah PPFI pecah menjadi dua kubu, Ody tak menjawabnya secara pasti. Dirinya hanya menyatakan mundur dari keanggotaan. "Buat apa lagi? Ini sudah tidak sesuai dengan AD/ART. Saya dan Pak Parwez millih walkout saja," ujar Ody.