Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cerita Kompas": Nonton Cerita di Balik Berita

Kompas.com - 27/09/2015, 21:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Wartawan berada di sekitar peristiwa, di tengah hiruk-pikuk fenomena. Program Cerita Kompas yang ditayangkan Kompas TV menyajikan suguhan dari sudut pandang para wartawan Kompas yang terlibat suatu peliputan peristiwa. Cerita-cerita yang ini tak pernah tertulis, dan tersimpan di ingatan para jurnalis.

Cerita Kompas ditayangkan perdana pada Sabtu (5/9/2015) pukul 16.00 dengan durasi 30 menit. Dalam tayangan perdana tersebut, Cerita Kompas menyajikan cerita tentang Warkop DKI, kelompok komedi era 1970-1980-an yang digawangi Dono, Kasino, dan Indro. Sebagai narasumber adalah wartawan Kompas, salah satunya Budiarto Shambazy.

Cerita Kompas edisi Warkop DKI ini bercerita tentang perjalanan Warkop DKI dari kemunculan mereka pada tahun 1974, yang menggunakan nama Warung Kopi Prambors. Para komedian yang tergabung di dalamnya adalah Kasino, Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahyu Sardono alias Dono, disusul Indrojoyo Kusumonegoro (Indro). Selain komedian, kelimanya adalah aktivis di kampus Universitas Indonesia. Awalnya, mereka bercuap-cuap di radio Prambors, menyampaikan sindiran kritis terhadap situasi sosial dan politik saat itu dengan gaya melawak.

Perjalanan Warkop Prambors hingga bermetamorfosis menjadi Warkop DKI bisa jadi sudah diketahui banyak orang. Namun, Cerita Kompas menyajikan berbagai cerita dari sisi yang selama ini tak pernah terungkap. Budiarto Shambazy yang juga kuliah di UI, misalnya, bercerita tentang masa-masa ketika dia dipelonco oleh Kasino dan Nanu. Ada juga cerita tentang keberanian Dono saat turun ke jalan dalam peristiwa Semanggi tahun 1998, melawan barisan tentara yang dulu sering disindir Dono melalui lawakan-lawakannya.

Yang tak tertulis
Cerita Kompas berangkat dari keinginan untuk menyajikan sebuah tayangan yang bersumber dari harian Kompas, sebagai sebuah lembaga yang sudah berusia 50 tahun, khususnya dari sudut pandang para wartawannya.

"Dengan usianya itu, pasti banyak cerita yang selama ini tidak bisa disampaikan kepada publik karena keterbatasan halaman dan alasan-alasan lainnya," kata Yesicca Sinaga, Asisten Produser Cerita Kompas.

Tayangan tentang Warkop DKI tersebut kemudian disusul oleh tayangan tentang seniman WS Rendra dan mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Dalam episode Rendra, wartawan senior Kompas, FX Mulyadi dan Jimmy S Harianto, menjadi narasumber. Sementara dalam tayangan tentang Ali Sadikin, narasumbernya adalah wartawan senior Deddy Pristiwanto dan Hendro Prijono.

Dalam tayangan tentang Rendra, penonton disodori cerita bagaimana sosok Rendra yang galak di atas panggung melawan tiran Orde Baru dan menghadapi tekanan luar biasa dari penguasa kala itu. Mulai harus mengajukan izin setiap kali akan menggelar pentas, dilempar bom molotov, hingga larangan pentas yang membuatnya frustrasi sampai saat berbaring sakit. Pada episode ini, selain wartawan Kompas, hadir sebagai narasumber lain adalah Ken Zuraida, istri Rendra, dan Edi Haryono, anggota Bengkel Teater yang didirikan Rendra.

Tayangan berdurasi 30 menit tersebut, selain diisi dengan wawancara, juga menampilkan foto-foto dan video yang terkait dengan cerita yang diangkat. Dokumentasi foto dan berita diambil dari Pusat Informasi Kompas yang memiliki data lengkap hingga mampu menyajikan dokumentasi puluhan tahun lalu. Menjadikan Cerita Kompas tayangan dokumenter yang lengkap dan kuat, serta kaya dengan informasi yang bernilai dan kerap memberi kejutan, karena dipaparkan dari sudut pandang wartawan yang menjadi saksi terdekat.

Demikian pula dalam tayangan tentang Ali Sadikin. Sosok Bang Ali yang katanya angker, dan keras, di mata wartawan peliputnya adalah sosok yang baik hati dan penuh perhatian. Mereka juga mengungkap alasan di balik kebijakan yang diambil Ali Sadikin, salah satunya proyek MHT yang menyulap perkampungan kumuh menjadi permukiman yang lebih baik. Bukan hanya Ancol seperti yang diketahui banyak orang.

Cerita Kompas juga menggarap peristiwa di balik kecelakaan kereta Bintaro, tsunami Aceh, dan suka-duka kelompok Srimulat.

"Pada intinya, Cerita Kompas ingin menyajikan informasi yang selama ini tidak diketahui masyarakat sehingga bisa memberikan inspirasi dari apa yang terjadi di balik sebuah berita,” papar Yesi. (DOE) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com