Ada yang sekadar ingin menonton artis sekaligus mendapat bayaran. Yang lain mengandalkan bayaran dari agen atau koordinator penonton untuk menyambung hidup.
[Baca: Penonton "Alay", Uang, dan Keinginan Dekat dengan Artis]
Hanya memiliki ijazah sekolah dasar, Deden Brawijaya (20) mengaku sulit mencari pekerjaan yang diinginkannya.
"Ya gimana, daripada jadi pengangguran," kata Deden saat berbincang dengan Kompas.com di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Kamis (24/2/2016).
Kerja serabutan pernah dikerjakan Deden. Hingga suatu waktu, pria asal Jonggol, Jawa Barat, tersebut pun diajak oleh bibinya ke Jakarta untuk menjadi penonton bayaran.
"Diajak sama bibi, dia bilang lumayan buat penghidupan," kata dia yang menjadi penonton bayaran semenjak bulan puasa tahun lalu.
Selama menjadi penonton bayaran dan tinggal di Jakarta, Deden memilih indekos bersama rekannya. Uang Rp 60.000 per hari, bisa lebih, yang dia dapatkan dengan menjadi tim sorak di acara televisi hanyalah untuk menyambung penghidupannya saja.
"Pengin sih cari kerja lain, tapi mentok di ijazah," ucapnya.
Lain Deden, lain pula Solihan (27) yang sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ikutnya menjadi penonton bayaran itu adalah sekadar untuk menambah uang sakunya.
"Awalnya iseng-iseng pengin nonton, kok dikasih uang pulangnya, keterusan dan dikenalin sama korlap," ucapnya.
Bisa meraup Rp 80.000 per hari, Solihan menjadi ketagihan.
Pernah terbesit di pikirannya untuk meninggalkan pekerjaan. Namun ia ingin mendapat pemasukan dari keduanya.
Menurut Solihan, ia tak memedulikan siapa artis yang disorakinya. Ia menjadi penonton bayaran murni karena hanya uang semata. "Pengin dapat uangnya aja. Nyari hiburan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.