Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Bipolar, Marshanda Mengaku Pernah Terserang Panik di Mal

Kompas.com - 30/03/2016, 20:39 WIB
Ati Kamil

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com — Artis peran dan penyanyi Andriani Marshanda (26) atau Caca mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami serangan panik atau panic attack di sebuah mal di Jakarta.

Serangan panik itu merupakan bagian dari gejala gangguan bipolar.

"Kalau dulu, aku sempat panic attack. Biasanya di tempat rame, di mal. Kalau sudah begitu, aku harus pulang. Di dalam mobil tuh aku nangis, takut, panik. Sampai di rumah, udah, nangis-nangis," cerita Marshanda di Jakarta pada Rabu (30/3/2016).

Caca mengaku, kondisinya kini lebih baik. Ia jarang mengalami serangan panik setelah rajin mengonsumsi obat.

"Selain minum obat, aku pakai metode dengan memanfaatkan support system aku, biasanya mama," tuturnya.

"Aku pesan kepada mama, kalau aku sedang marah-marah, aku minta mama nanya, 'Ca, ini panic attack bukan?' Lalu aku akan stop dan mikir ini benar-benar panic attack atau aku benar-benar marah karena sesuatu," tuturnya lagi.

"Lalu, setelah itu, aku minta mama untuk nanya lagi, dari 0 sampai 10, di level berapa aku merasakan panik. Dengan metode itu, sampai sekarang, aku cuma mengalami tiga kali panic attack. Memang untuk mendeteksi itu kita butuh bantuan orang lain," lanjutnya.

Caca didiagnosis menderita gangguan bipolar pada 2009. Sejak itu, ia mengalami berbagai gejolak kejiwaan, termasuk penyangkalan atau denial.

"Awalnya, aku mengalami fase enggak terima atau denial. Berikutnya, aku blaming banyak orang yang put me in that position," ujarnya.

"Tapi, sejak itu, aku jadi workshop junkie dalam hal personal growth. Aku suka banget ikut workshop pengembangan diri, tetapi itu belum fine," ujarnya lagi.

Caca mengatakan, sejak itu, ibunya selalu mengiriminya e-mail berisi tautan tentang bipolar dari situs-situs mengenai bipolar.

Namun, kata Caca lagi, ia enggan membukanya.

Pada 2013, Caca mulai membuka diri dan mencari tahu soal bipolar.

"Tahun 2013, aku mulai rajin minum obat karena sebelumnya aku berhenti, karena ada yang bilang semakin banyak aku minum obat semakin rusak otakku," ucapnya.

"Namun, kemudian, aku bertemu orang-orang support system yang tepat, yang mengajari aku untuk menerima," sambungnya.

"Aku jadi paham kalau obat itu adalah suplemen hormon karena orang bipolar kan sebenarnya kekurangan hormon. Kalau aku, kekurangan serotonin, jadi setelah minum obat baru bisa tidur, aku bisa berfungsi secara biologis dan enggak parno-an (paranoid)," ucapnya lagi.

Meski demikian, Caca bersyukur bahwa ia menderita bipolar. Menurut dia, hal itu membawanya pada kebahagiaan.

"Kalau bukan karena bipolar, aku enggak mungkin se-happy sekarang," katanya. (Ida Nurcahyani/B Kunto Wibisono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau