Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

God Bless di Mata Mereka…

Kompas.com - 29/11/2016, 15:05 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

 KOMPAS.com – “Semut-semut hitam yang berjalan. Melintasi segala rintangan. Satu semboyan di dalam tujuan. Cari makan lalu pulang. Yuk.. ikut langkah yang terdepan. Yuk.. ikut ke kiri ke kanan.

Lirik Semut Hitam yang diperkenalkan God Bless itu kembali terdengar. Namun, ada yang berbeda, tidak seperti kali pertama lagu itu didendangkan pada 1988. Kali ini, harmoni Semut Hitam tak hanya terdengar lantang dari vokal dan alat musik khas personel God Bless.

Empat musisi muda—Armand Maulana, Marcello Tahitoe, dan dua personel KOIL, yaitu Raden Mas Julius Aryo Verdijantoro atau Otong, dan Leon Ray Legoh—berkolaborasi ikut menyanyikan lagu ini. 

Lagu pun dikemas dalam format baru. Anak-anak muda ini seolah kembali ke era 1980-an, dengan semangat baja menyanyikan lagi tembang yang mencuat pada puncak masa jaya musik rock Indonesia.


“Mereka (personel God Bless) di usia yang sudah tua, tetapi tetap punya semangat,” ujar Otong dan Leon dalam video di balik layar pembuatan proyek kolaborasi Semut Hitam.

Mimpi berkarya bersama God Bless pun turut membakar semangat empat musisi tersebut. Melewati usia 43 tahun, God Bless sudah menjadi inspirasi bagi anak-anak muda ini.

“Ini salah satu musical journey gue yang berharga. Mungkin semua orang bermimpi bisa satu panggung atau nge-jamsama mereka,” ujar Ello, sapaan akrab Marcello Tahitoe.

Berkarya bersama, keempat musisi tersebut punya kesempatan bercengkerama bersama God Bless. Di belakang panggung, mereka duduk satu meja, melempar kalimat kagum untuk band rock legendaris itu.

“Inspirasional banget. Mereka bisa jadi musisi hebat karena punya dua hal, (yaitu) skill dan attitude yang luar biasa,” tambah Ello.


Pengakuan juga keluar dari Armand. Dia pun membandingkan pengalamannya ini dengan grup band miliknya, Gigi. 

“Gue bersama Gigi kini masuk usia 23 tahun. Sedangkan God Bless hampir dua kali lipatnya. Kalau grup band itu kan ada banyak orang dengan banyak kepala dan ego di dalamnya. Sungguh sangat sulit mempertahankannya grup band dengan kondisi itu. Nah, God Bless hebat karena berhasil bertahan,” ungkap Armand.

Dedikasi

Kiprah God Bless di blantika musik Indonesia selama 43 tahun memang bukan hal mudah. Dalam perjalanannya, mereka mengalami jatuh bangun termasuk beberapa kali ganti personel.


Jerih payah yang dilakukan, tak lain adalah untuk menjaga nama dan semangat baja grup band yang telah menjadi patron musik rock di Indonesia itu tetap ada.
Dokumentasi God Bless Cuplikan video "Semangat Baja The Anthem" buah karya God Bless berkolaborasi dengan Armand Maulana, Marcello Tahitoe, dan KOIL.

“Enggak banyak band yang bisa bertahan selama mereka. Kalau bukan karena semangat dan konsistensi di musik, enggak akan mungkin mereka bertahan,” ujar Ello.

Tanpa dua hal itu, kata Ello, mustahil nama God Bless masih diingat dan bisa berdedikasi di musik Indonesia hingga sekarang.

“Mereka punya semangat baja untuk bertahan. Selain itu, (mereka) tetap satu visi dan (punya) toleransi. Gue lihat cara ngobrol mereka di belakang panggung masih bisa ketawa asyik dan saling lempar canda. (Keakraban macam) itu yang penting dan bisa membuat band bertahan sekian lama,” tutur Armand. 

Keempat musisi ini menyebut pengalaman berharga bersama God Bless sebagai "Semangat Baja Kami", yang lalu juga tertulis sebagai "kalimat penutup" di akhir video kolaborasi mereka saat membawakan "Semut Hitam".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau