JAKARTA, KOMPAS.com — Memasuki usia 22 tahun, stasiun televisi Indosiar telah memberi warna tersendiri bagi dunia pertelevisian Indonesia.
Beragam program andalan telah ditelurkan oleh stasiun televisi yang mulai mengudara pada 11 Januari 1995 tersebut. Berbagai program, baik yang berjenis drama maupun non-drama, telah membekas di hati penonton setianya.
Sebut saja film kartun Detective Conan, drama kolosal Angling Dharma, film seri Asia Meteor Garden hingga ajang pencarian bakat Akademi Fantasi Indosiar (AFI) dan yang terbaru adalah ajang pencarian bakat D’Academy.
Ditemui di sela perayaan ulang tahun ke-22 Indosiar di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Rabu (11/1/2017), Division Head PSRD Indonesia Ekin Gabriel mengatakan di usianya saat ini, Indosiar sudah meraih banyak pencapaian yang membanggakan.
“Tema tahun ini menggambarkan bahwa Indosiar dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi televisi yang penuh warna, terutama yang nondrama, talent search, musik dan komedi. Kita banyak tampilkan talent-talent dari seluruh Indonesia untuk menjadi profesional di bidangnya,” papar Gabriel kepada Kompas.com.
Ia menyebut program-program Indosiar dirancang untuk tak hanya memberikan hiburan, melainkan juga memberikan inspirasi kepada masyarakat.
“Program kita juga banyak menginspirasi di banyak hal, tidak hanya mengejar penonton sebanyak-banyaknya, walau itu memang salah satu faktor yang penting, tapi juga memberi inspirasi. Misalnya program D'Academy 4, seperti Lesty, Danang, sudah menjadi sejajar dengan artis lain,” tuturnya lagi.
“Ada juga Stand Up Academy, kita juga memberikan suguhan program komedi yang rating-nya tinggi. Tidak hanya menyuguhkan komedi tapi juga menginspirasi. Bahwa ternyata komedi itu memiliki ilmu yang bisa dipelajari. Ini baik untuk mereka yang ingin berlatih presentasi dengan cara yang baik,” imbuhnya.
Menurut Ekin, di usia 22 tahun ini Indosiar harus bisa berkontribusi kepada masyarakat Indonesia,
"Karena sekarang orang sudah mulai mencari ke media sosial. Mereka menganggap televisi sudah usang, tidak independent lagi, sudah karatan. Jadi 22 (tahun) harus seperti emas yang makin bernilai. Jadi di usia 22 tahun Indosiar harus lebih bernilai,” ucapnya.
Pergeseran tren
Ekin mengaku tidak semua program yang ditampilkan Indonesia bisa berjalan lama karena tren dan selera penonton televisi terus bergeser.
Ia memberi contoh program film laga dan serial Korea. Beberapa waktu lalu, lanjut Ekin, program-program tersebut berhasil memikat penonton.
"Di perjalanannya itu kan masyarakat itu cepat bosan ya. Kita lihat trennya dan dari pengiklan. Makannya ada perubahan, tadinya kita main laga legenda dan Korea, akhirnya sekarang lebih fokus ke in house," papar Ekin.
Program-program produksi sendiri itu ditunjang dengan fasilitas yang dimiliki Indonesia. "Kami punya Emtek City di Daan Mogot," kata Ekin.