Pengantar Redaksi -- Pasangan terkenal Bambang Trihatmodjo dan penyanyi pop Mayangsari yang tengah menjadi sorotan publik baru saja kembali ramai diberitakan karena perayaan ulang tahun putri pertama mereka, Khirani Siti Hartina, yang berlagsung di kawasan obyek wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (30/3). Ada kisah menarik di balik perayaan ulang tahun bocah yang berusia dua tahun yang memiliki nama panggilan Khiran itu. Berikut hasil penelusuran Kompas.com atas peristiwa yang menyangkut nama besar, Bambang Trihatmodjo alias Bambang Tri, putra mantan presiden Indonesia, Soeharto dan Mayangsari, alias Mayang, penyanyi pop putri dalang kondang Ki Soegito Poerbotjarito itu.
Hawa sejuk dengan panorama alam pegunungan di kaki Gunung Slamet di Jawa Tengah agaknya menjadi tempat yang tepat pilihan pasangan Mayangsari-Bambang Trihatmodjo untuk merayakan ulang tahun (ultah) ke-2 putri sekaligus anak pertama mereka, Khirani Siti Hartina. Perayaan ultah itu berlangsung di Rumah Makan dan Taman Bermain Cinta Alam di jalan raya Km 8 kawasan obyek wisata Baturraden, Banyumas, Jateng, Minggu (30/3). Mereka membooking rumah makan itu sejak jam 09.00hingga 19.00 WIB.
Sekitar 80 orang keluarga besar Mayangsari --25 orang di antaranya anak-anak-- hadir dalam acara yang digelar di hall yang sesungguhnya bias dimuati 500 orang di rumah makan itu. Dalam pesta itu, Mayang mengenakan baju model babydoll warna biru dibalut legging warna hijau daun dan kaca mata hitam , Bambang Tri Hatmodjo mengenakan kaos polo shirt putih dengan garis-garis hitam dan celana panjang hitam. Sedangkan Khiran yang tampil khas dengan rambut dikuncir dua, mengenakan pakaian warna putih bertitik-titik hitam, celana panjang warna merah dan sepatu warna merah pula Mereka datang ke pesta itu dengan naik mobil MPV Mercedez bernomor polisi B 811 D bercat biru tua, tepat pukul 13.00 WIB.
Sehari sebelum perayaan ultah putrinya, Mayangi-Bambang dan Khiran menginap di Pondokan Rosenda, yang berada satu kompleks dengan HotelRosenda—hotel berbintang empat di kawasan obyek wisata Baturraden. Hotel dan pondokan Rosenda memang berada dalam satu kompleks dan dikelola oleh manajemen yang sama. Bedanya, hotel Rosenda memiliki tempat parkir terbuka, sedang di pondokan tamu bisa memarkir kendaraan di depan kamar masing-masing. Tarif menginap di pondokan itu relatif lebih murah.
Agaknya, Mayang–Bambang memang mendambakan privacy yang terjaga, sehingga mereka memilih tempat yang cukup terlindung dari keramaian . Dan pondokan itu dipilih, karena lokasinya yang dekat (sekitar 2 kilo meter) dengan rumah makan tempat perayaan ultah Khiran.
Untuk menutupi jatidirinya, Mayang sengaja meminta adiknya, Sri Renggo Widya Retno, memesan kamar atas nama Andreas yang mengaku dari Pemda Banyumas. Lewat nama itu, dipesan beberapa kamar. Empat kamar diisi para bodyguard, babysitter dan kerabat dekat. Sedangkan Mayangi-Bambang menginap di kamar nomor 12.
Seperti halnya saat menginap di rumah Mayangi di Jalan Kalibener Gang I Purwokerto, di pondokan ini Bambang betah berlama-lama di dalam kamar. Semua keperluan diantarkanoleh petugas pondokan langsung ke kamar. Bambang hanya ke luar kamar sesaat sebelum berangkat ke Rumah Makan Cinta Alam.
Seorang petugas di pondokan itu kepada mengatakan, Mayang sering mondar-mandir di dalam lorong kamar sejak Mingu pagi hingga siang. Dari mulutnya, beberapa batang rokok habis dihisapnya, sembari beberapa kali menelepon dengan ponselnya. Dari kejauhan, beberapa penjaga terlihat berjaga-jaga.
Tepat pukul 13.00 WIB, rombongan Mayang-Bambang tiba di RM Cinta Alam. Sebelumnya, keluarga besar Mayang sudah tampak hadir terlebih dulu. Tampak hadir dalam acara itu, ayah Mayang Ki Soegito Poerbotjarito bersama istri kelimanya, Ny. Rusmirah. Kedua orang itu datang ke pesta cucunya, Khiran dengan naik mobil pemberian dari Mayangsari, Hyundai Atoz warna biru tua Nopol R 8513 TA.
Juga tampak hadir, kakak Mayang Ki Sigit Sabdo Adji Priyono, S.Sn bersama istrinya, Yulisa Mastati dan dua anaknya yang masih kecil-kecil, adik Mayang Sri Renggo Widya Retno, Gita Laras Wahyuni Retno Dewati, dan Purnawidyawati. Ibu Mayang, Ny. Larastun Woro Cengkir Gading yang baru saja pulang dari perawatan di rumah sakit Abdi Waluyo Jakarta, ikut hadir.
Suasana gembira mewarnai pesta ulang tahun Khiran. Seperti halnya acara ulang tahun anak-anak pada umumnya, Khiran meniup lilin berjumlah dua buah, diikuti selamat ulang tahun yang dinyanyikan oleh seluruh hadirin. Acara tiup lilin itu pada pukul 15.15 WIB. Sebelum acara tiup lilin itu, pada pukul 01.00 WIB diisi makan siang bersama dengan menu aneka rupa, namun yang dominan gurami bakar. Sedang minumannya juga beraneka jenis, namun yang paling banyak dipesan es kelapa muda.
Di sela-sela menikmati makan siang, terdengar sayup-sayup suara penyanyi dengan iringan organ tunggal melantunkan tembang Tenda Biru, Terlena, Kucing Garong, Kisah Sedih di Hari Minggu dan sebagainya.
Super Ketat
Pengamanan super ketat terjadi sejak pagi hingga acara itu selesai pukul 19.15. Tidak hanya bodyguard Bambang dari Jakarta yang mengamankan lokasi, melainkan juga satuan pengamanan lokal dari Purwokerto yang dikerahkan Mayang.
Setiap sudut rumah makan itu dijaga para bodyguard berambut cepak, bertubuh kekar dengan tampang sangar. Tanpa pandang bulu, mereka menghalau tamu asing yang akan memasuki rumah makan itu, tak terkecuali wartawan dan para pekerja infoteinmen. Para pekerja media itu kebanyakan datang dari Jakarta. Karena dilarang masuk, mereka, terutama pekerja infoteinmen, terpaksa duduk-duduk di halaman depan rumah makan itu, menunggu hingga acara itu selesai.
Namun ada di antara wartawan yang berusaha mengendus acara di dalam, dengan cara menyisir menerobos sawah dan semak belukar di sebelah timur, barat dan selatan ataubelakang, namun hasilnya nihil. Sebab rumah makan itu tertutup oleh semak belukar lebat dan tembok. Bahkan, saat sejumlah wartawan ketahuan tengah mengarahkan kameranya, mereka langsung diusir oleh para penjaga.
Yang tragis, ada seorang kameramen infotainmen, Sabar dari Kabar-Kabari, dirampas kasetnya oleh petugas keamanan, karena terlihat tengah mengendap-endap untuk mengambil gambar dari sawah dekat RM itu.
Tidak hanya wartawan dan pekerja infoteinmen, paoar petugas kepolisian berseragam dinas dari Polsek Baturraden, Banyumas yang datang ke lokasi juga diusir. Salah satu yang diusir ialah Kapolsek Baturraden AKP Ike Yulianty SIK.
Anehnya, Manajer RM Cinta Alam, Stephanus Yanuar mengemukakan, pihkanya menganggap Mayang dan Bambang sebagai tamu biasa, sehingga tidak perlu diperlakukan luar biasa. “Saya sendiri tidak berurusan dengan pihak keamanan, karena saya anggap mereka tamu biasa, sehingga tidak perlu diberlakukan pengamanan yang luar biasa. Kalau mereka membawa pengamanan sendiri, ya nggak papa,” ujar Yanuar yang merintis rumah makan milik pengusaha Kusna Wijaya Halim dari Bandung itu sejak lima tahun lalu. (KOMPAS.COM/IGNATIUS SAWABI/Bersambung)