JAKARTA, SENIN - Industri film Tanah Air kembali ketambahan film horor lagi, yang menampilkan bintang-bintang belia lagi, dengan setting sekolah lagi, dan judulnya menggunakan kata "pocong" lagi.
Sumpah Pocong di Sekolah, film horor pertama sutradara Awi Suryadi, diluncurkan Senin (9/6) siang di Djakarta Theater XXI, Jakarta. Film ini memadukan horor dengan unsur-unsur komedi dan seks.
Seperti dituturkan oleh Awi, film yang diproduksi oleh Maxima Pictures ini menampilkan bintang-bintang belia yang belum lama berkiprah di layar lebar, yaitu Marcel Darwin, Fandy Christian, Hardi Fadhillah, dan Dwi Putrantiwi. Mereka diadu dengan beberapa aktor dan aktris kenamaan, yaitu Alex Komang, Joshua Pandelaki, dan Henidar Amroe.
Diceritakan, Ramon, Evan, dan Dimas merupakan tiga sahabat di sebuah sekolah berasrama khusus laki-laki, yang berdisiplin ketat. Suatu hari mereka kedatangan guru baru yang cantik dan seksi, yakni Ibu Sonya. Hal ini memberi ide bagi Evan dan Dimas untuk menyewa seorang penari seksi, yang didandani seperti Ibu Sonya dan mendatangkannya ke sekolah, sebagai hadiah kejutan untuk ulang tahun Ramon.
Peristiwa itu segera menimbulkan kehebohan di kalangan murid keesokan paginya. Betapa tidak, HP semua penghuni asrama berisi rekaman video adegan syur penari tersebut.
Pak Rizal, kepala asrama itu, akhirnya mengetahui siapa biang keladi kehebohan tersebut. Karena takut dikeluarkan dari sekolah, Ramon cs menyangkal bahwa merekalah pelakunya. Pak Rizal terus ngotot menuduh mereka bertiga. menghadapi hal tersebut, Ramon nekad berujar bahwa ia berani menjalani sumpah pocong untuk membuktikan bahwa mereka tidak bohong. Namun, ketika ditagih balik oleh Pak Rizal, mereka ketakutan dan urung menjalani sumpah pocong.
Setelah kejadian itu, mereka bertiga, terutama Ramon, sering didatangi hantu perempuan berseragam SMU dan bernama Bunga Sugiharti. Hantu Bunga juga membuat suasana sekolah mencekam. Puncaknya, Ibu Sonya pun didatanginya.
Ibu Sonya-lah yang kemudian menguak misteri dan menjawab pertanyaan mengapa arwah Bunga terus mengganggu ketenteraman sekolah tersebut. Nama ayah Ramon akan pula membawa para penonton pada penjelasan mengapa arwah Bunga gentayangan.
Alur cerita film berdurasi sekitar dua jam ini mudah ditebak, seperti kebanyakan film horor di Indonesia. Unsur-unsur komedi dan seks tak mampu menguatkan film ini, termasuk untuk menyampaikan pesan dari film ini.
Tetapi, sebaliknya, penataan musik oleh Andi Rianto, dan penataan sound oleh Erma HS, menyelamatkan film ini. Musik dan sound film ini mampu membangun suasana mencekam, yang tidak berhasil dicapai melalui gambar-gambar yang ditampilkan.
Selain itu, setting tempat yang sebagian besar di gedung sekolah berarsitektur kuno, seharusnya bisa dieksplorasi dengan memanfaatkan sudut pengambilan gambar yang lebih baik. Sayangnya, hal tersebut tak dilakukan oleh sang sutradara untuk memberi nilai tambah pada film yang diprediksi oleh pengamat film Yan Wijaya akan menyedot lebih dari satu juta penonton ini. (C6-08)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.