PALEMBANG — Polisi mengendus keberadaan buron teroris Mas Slamet Kastari bersembunyi di Palembang, Sumsel. Ketua Kelompok Jemaah Islamiyah atau JI cabang Singapura itu menjadi target buruan Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Sumsel.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Pol FX Sunarno mengatakan, pascaditetapkan sebagai buronan, kemungkinan kecil Mas Slamet Kastari melarikan diri ke Jateng meski istrinya berasal dari Rembang.
“Warga Singapura ini semula masuk ke Indonesia dengan cara menyamar dan menikahi warga Rembang, Jateng. Namun, dengan adanya pendeteksian secara ketat dari Polda Jateng, Kastari diduga lari ke Palembang,” kata Sunarno di Pekalongan, Senin (7/7).
Sementara itu, Kepala Polda Sumsel Irjen Pol Ito Sumardi yang dikonfimasi Sripo, Senin (7/7), mengatakan, pernyataan yang diungkap oleh Kepala Polda Jateng itu bisa saja terjadi. Mas Slamet Kastari saat ini masih diburu oleh Tim Densus 88 Mabes Polri.
“Kami punya tim juga. Kami imbau agar masyarakat melaporkan orang dicurigai pada ketua RT. Tanya dia siapa dan tujuannya apa. Kasihan Palembang yang aman jadi tempat teroris,” kata Ito.
Mas Slamet Kastari (47) terkenal licin bak belut. Berulang kali ditangkap ia berhasil lolos. Terakhir ia kabur dari penjara Whitley Road, Singapura, 27 Februari 2008. Berdasarkan keterangan dari tersangka teroris yang ditangkap di Sumsel, disebutkan Mas Kastari pernah bertemu dengan Fajar Taslim, tersangka teroris yang diciduk di Sekayu.
Ia adalah Ketua Kelompok JI cabang Singapura. Ia dicari polisi Singapura karena berencana meledakkan Bandara Internasional Changi Singapura pada tahun 2002. Slamet Kastari ditangkap Tim Antiteror Kepolisian RI, Januari 2006 di Jawa.
Ia pernah pula ditangkap pada Februari 2003 di Pulau Bintan ketika Polri melakukan investigasi atas serangkaian pengeboman di Indonesia pada tahun 2001 dan 2002.
Dia dipenjara selama 18 bulan pada tahun 2003 dan pada 20 Januari 2006 Slamet Kastari kembali ditangkap karena menggunakan identitas palsu di Jawa. Pria ini masuk ke Indonesia dengan memalsukan paspor dan mengubah identitas dengan nama Edy Heriyanto.
Keberadaan Slamet Kastari menambah panjang daftar gembong teroris yang terendus pernah atau mungkin masih berada di Palembang. Sebelumnya disebut-sebut nama Noordin M Top dan kemarin Upik Lawanga dari jaringan teroris Poso pernah melatih merakit bom.
Menurut Kepala Polda, pascapengungkapan jaringan teroris belum lama ini masih ada anggota jaringan teroris di Sumsel yang belum tertangkap. Ito tidak mengungkap jumlah mereka, tapi menyebut kalimat "masih banyak".
Harus Bijak
Ia meminta tokoh agama dan masyarakat bersikap lebih bijak. Perlu dikaji para teroris itu melakukan jihad untuk siapa. Mas Kastari adalah orang Singapura, tetapi mengapa melakukan jihad di Indonesia, bukannya di Singapura. Akibatnya, yang menjadi korban adalah rakyat Indonesia sendiri.
"Goblok kita kalau bantu mereka. Ayo kita tingkatkan semangat nasionalisme,” kata Ito dengan aksen suara tegas.
Sementara itu, pascapenggerebekan dan penangkapan tersangka teroris Sugiono di Warnet Mujahid Talang Banten Jalan KH Balqi, Kelurahan 14 Ulu, polisi masih menjaga ketat bangunan yang juga difungsikan sebagai Sekretariat Fakta Sumsel itu.
Garis polisi dipasang dari depan sampai belakang bangunan. Informasi di lapangan menyebutkan, Sugiono adalah mahasiswa PTN di Palembang dan ditangkap saat sedang tidur, Selasa (1/7). Sementara itu, tiga rekannya saat ini masih dikejar oleh polisi.
Aiptu Harsidi, petugas Polsekta Seberang Ulu II yang berjaga, mengatakan, bangunan bercat merah muda yang telah pudar itu dijaga selama 24 jam. Tim Densus 88 hingga saat ini belum melakukan penggeledahan susulan.
Dalam penggerebekan di tempat itu, Tim Densus 88 menyita 14 unit CPU komputer, satu di antaranya milik pelanggan yang servis, sepasang pedang, VCD jihad, dan tiga unit ponsel.
Fakta Bukan JI
Sementara itu, Forum Umat Islam Sumsel dan Tim Advokasi Martabat Umat (Tamat) kemarin menggelar jumpa pers. Pertemuan itu untuk mengklarifikasi stigma negatif yang disematkan pada Forum Gerakan Anti Permurtadan (Fakta).
Koordinator Tamat, Bahrul Ilmi Yakup MH, mengatakan, organisasi Fakta sama sekali tidak terlibat atau menjadi bagian dari JI. Fakta semata-mata hanya forum yang berdiri dengan tujuan menjaga akidah dan keyakinan umat Islam.
Tuduhan bahwa Fakta merupakan bagian dari JI, ujarnya, merupakan tuduhan yang keji dan tidak bermoral yang sengaja diembuskan untuk melemahkan umat Islam secara keseluruhan, khusunya di Sumsel.
"Penangkapan terhadap dua pengurus Fakta (Agustiawarman dan Sugianto) merupakan bagian dari skenario global yang bertujuan melemahkan umat Islam,” kata Bahrul.
Dalam jumpa pers di Sekretariat FU3SS, Jalan Kapt Anwar Sastro, itu hadir seluruh tim Fakta dan koordinator FUI Sumsel, Umar Said. Fauzi, pemilik rumah di Jalan Papera yang digerebek Tim Densus 88 juga terlihat. Namun, ia menolak memberi komentar.
Fakta menilai, tindakan Densus 88 Antiteror Mabes Polri yang menangkap dan menggeledah rumah dan tempat usaha kliennya telah menimbulkan kerugian moril dan materiil.
Tamat rencananya akan mengajukan tuntutan hukum terhadap Densus 88 yang dimulai dengan melaporkan indikasi pelanggaran HAM ke Komnas HAM. "Kami siap menunjukkan bukti-bukti pelanggaran dalam proses penangkapan itu. Kami lakukan pembelaan terhadap keluarga korban penangkapan,” kata Dhabi K Gumayra MH, anggota Tamat.
Pernyataan itu didukung oleh Umar Said. Menurutnya, berdasarkan hasil investigasi, saat ini keluarga korban penangkapan mengalami tekanan mental, stres, dan mengalami trauma.
“Keluarga mereka rata-rata miskin. Densus 88 harusnya bertindak lebih elegan dan cantik. Hormati hak orang,” kata Umar. (ahf/cw6)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.