Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nonton Laskar Pelangi, Soetrisno Bachir Sangkal Cari Sensani

Kompas.com - 25/09/2008, 15:59 WIB

JAKARTA, KAMIS — Ketua Umum Partai Amanat Nasional membantah mencari sensasi dengan menonton film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari karya novelis terlaris sepanjang masa Andrea Hirata.

Soetrisno dijadwalkan menonton film yang diproduksi Miles Production dan Mizan Cinema bersama 30 anak yatim piatu Panti Asuhan Binaan Aisyah dan Forum Silaturahmi dan Pengajian DKI di Blitz Megaplex Grand Indonesia Kamis (25/9) sore ini.

"Saya ingin cari sensasi, tapi saya tidak bisa karena saya tidak memiliki bakat. Mungkin ini bakatnya orang lain. Saya adalah manusia biasa seperti Anda," tutur Soetrisno yang sore ini berbalutkan baju koko putih dan peci hitam di Blitz Megaplex.

Soetrisno, yang didampingi Ny Anita Bachir, berharap banyak orang yang turut menonton film yang sangat bagus ini.

Empat Nilai Moral

Soetrisno menuturkan, ada setidaknya empat alasan penting mengapa ia menyisihkan waktu untuk menonton film ini. Pertama, film ini mengedepankan kisah nyata anak-anak dari Pulau Belitung yang tetap semangat menuntut ilmu dengan segala keterbatasan yang ada. "Film ini mengisahkan bagaimana semangat anak-anak kampung miskin untuk tetap bersekolah walaupun tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, dan papan tulis yang berlubang," ujarnya.

Kedua, film yang disutradarai sutradara muda berbakat Riri Riza menunjukkan kesenjangan sosial akut di masyarakat terpencil. Tidak jauh dari tempat lahir 10 anak Belitung tersebut, terdapat Perusahaan Negara (PN) Timah yang karyawan dan keluarganya hidup berlimpah. "Film ini menunjukkan potret kegagalan perusahaan-perusahaan besar dalam melakukan corporate social responsibility," ujar Soetrisno.

Ketiga, film yang berdurasi 125 menit ini menyampaikan pesan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi juga organisasi sosial keagamaan, seperti Muhammadiyah, yang menjadi tempat belajar bagi Andrea Hirata dan kesembilan temannya. "Sulit dibayangkan penulis besar seperti Andrea Hirata, yang menyelesaikan studi pascasarjananya di Sorbonne, Perancis, pernah mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Belitung," jelasnya.

Keempat, sambung Soetrisno, film yang diputar serentak hari ini di 75 bioskop di Indonesia memiliki unsur-unsur artistik dan momen-momen dramatik yang memukau dan menyentuh perasaan. "Penonton diajak tertawa melihat keriangan hidup masa kanak-kanak Ikal, panggilan Andrea, dan pada saat yang sama diajak tersenyum getir melihat anak-anak yang tidak pernah patah semangat belajar," tandas Soetrisno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com