Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Laskar Pelangi...

Kompas.com - 25/09/2008, 19:34 WIB

 

Pendidikan adalah kunci menggapai cita. Sarana untuk mengubah nasib dan ketertinggalan. Itu menjadi lebih bermakna ketika digerakkan oleh hati, dibungkus semangat yang tidak pernah padam. Pesan moral ini muncul dari film Laskar Pelangi yang diputar serentak di seluruh bioskop di Indonesia mulai Kamis (25/9).

Di Bandung, pemutaran perdana film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Andrea Hirata ini dimeriahkan dengan acara Nonton Perdana Laskar Pelangi Bersama 1.000 guru di Blitz Megaplex, kemarin. Mereka dapat menontonnya secara cuma-cuma berkat dukungan dari Mizan, PT Telkom, dan Bl itz Megaplex.

Hadir sejumlah pemain film ini yang juga anak-anak asli Belitong. Di antaranya : Yogi (Kucai), Levina (Aling), Febri (Borek), dan Hendry (A Kiong). Pemain-pemain lainnya, pada saat sama, menghadiri acara serupa di Jakarta dan Yogyakarta. Termasuk, produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza. Bang Andrea telah memperkenalkan Belitong pada dunia, ucap Yogi dengan logat Melayu dalam meet and greet menjelang pemutaran film ini.

Film berdurasi total 125 menit ini memang diharapkan mampu mengulang kisah sukses novelnya yang berhasil terjual hingga 500 ribu kopi. Dan, menginspirasi jutaan pembaca. Dalam prolog film ini, ditayangkan kisah-kisah sukses pembaca di berbagai daerah akibat terinspirasi novel memorabilia perjalanan hidup Andrea Hirata ini. Dalam film ini, kita akan melihat karakter-karakter unik dalam novel ini betul-betul dihidupkan.

Ada A Kiong si pemuda tuna grahita yang menyelamatkan SD Muhammadiyah Gantong karena menggenapi sepuluh murid; Lintang, anak jenius yang terlahir dari alam; Mahar yang berhasil mengharumkan nama sekolah lewat tarian buah gatal -nya; serta sang tokoh sentral Bu Muslimin yang diperankan amat baik oleh aktris Cut Mini. Emosi penonton pun akan dibawa layaknya menaiki roller coster. Merasakan kegembiraan, keluguan, termasuk kesedihan yang amat tragis ketika mengetahui seorang brilian macam Lintang harus berhenti sekolah akibat bola nasib keterbatasan ekonomi.

Tidak sedikit penonton, khususnya guru, menitikkan air mata usai menyaksikan film ini. Jangan sampai ada Lintang-Lintang berikutnya. Sayang sekali jenius seperti itu, permata nusantara, tetapi gagal mengejar cita-cita karena tidak bisa sekolah, tutur Suci Noveriani (37), serang guru. Adegan Lintang mengucapkan perpisahan dengan Ikal (sang pemain utama) dan kawan-kawannya di SDN Muhamamdiyah Gantong menjadi momen yang sangat dramatis.

Mendidik dari hati  

Film ini menunjukkan pendidikan bukan sekedar kognisi. Tetapi, menyangkut pula jiwa dan nurani. Film yang memperlihatkan semangat luar biasa di tengah berbagai keterbatasan, ucap Direktur Teknologi Informasi dan Suplai PT Telkom Indra Utomo. Menurut Ketua Panitia Nonton Perdana Film Laskar Pelangi Rudi Ridwan, satu persepsi harus dimunculkan usai menonton film ini, yaitu Mendidik anak itu harus sepenuh hati. Bisa di mana pun dan kapan pun. Semoga bisa menginspirasi, tuturnya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang ikut menyempatkan diri menonton film ini menuturkan, kisah dalam Film Laskar Pelangi ini sebetulnya adalah potret umum pendidikan di Indonesia. Kalau berjalan ke wilayah selatan Jabar, kondisi sekolah itu sebetulnya lebih parah. Ada yang hanya pakai tenda karena sekolah ambruk, tuturnya. Ia berharap, film ini bisa menjadi inspirasi dan teladan bagi para guru dan siswa. Prestasi adalah hal biasa. Namun, jika prestasi itu lahir di tengah-tengah keterbatasan, ini hal yang luar biasa, ungkapnya di depan guru-guru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com