Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keket Serang Tanaman Cabai

Kompas.com - 05/08/2009, 18:52 WIB

BANTUL, KOMPAS.com - Mengganasnya serangan penyakit keket pada tanaman cabai di Desa Srigading, Sanden, Bantul, membuat petani setempat segera beralih ke bawang merah. Padahal, tanaman cabai mereka baru dipanen dua kali. Bila kondisi normal petani bisa memanen cabai hingga 15 kali.

Giman (42), seorang petani di Bulak Unam-unam Srigading, Rabu (5/8) mengatakan, ia baru saja mencabuti tanaman cabainya karena sudah kewalahan menangani penyakit keket. "Saya cabut setelah dipanen dua kali. Total hasilnya hanya 30 Kg. Kalau tidak saya cabut sampai dengan 15 kali petik hasilnya seharusnya mencapai 3 kuintal," katanya.

Penyakit keket mulai menyerang cabai yang siap panen. Awalnya hanya menyerang ujung cabai. Lama kelamaan cabai mongering dan rontok. Penyebab keket atau patek (atau yang istilah latinnya Antracnoce) ini ialah jamur coletotricum.

Ganasnya serangan keket diperparah dengan rendahnya harga jual cabai. Saat ini harganya hanya berkisar Rp 2.000/kg, padahal sebelumnya mampu menembus Rp 3.500/Kg. Sebagian petani yang masih menanam cabai memilih membiarkan saja tanamannya. "Mereka tak mau lagi menyemprot karena percuma saja diobati kalau harga jualnya rendah," ujar Giman.

Hal serupa juga dialami Haryanto, petani yang sudah beralih ke bawang merah. Sampai dengan usia 15 hari, kondisi tanaman bawang merahnya masih bagus. Belum ada serangan hama yang menghinggapinya. "Biasanya serangan hama baru datang kalau usia tanaman mencapai 35 hari. Kalaupun ada penyakit, mudah-mudahan tidak separah keket kemarin," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com