Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menatap Kota Lucca dari Balik Tembok Abad Pertengahan

Kompas.com - 08/12/2009, 12:34 WIB

SEBAGIAN kecil benteng peninggalan bangsa Eropa yang pernah singgah bahkan mendekam di Indonesia ini selama 3,5 abad masih bisa dinikmati di Museum Nasional dalam pameran yang masih akan berlangsung hingga 14 Desember. Pameran itu kebanyakan diisi benteng dari Jawa dan Sumatera. Kondisi benteng kebanyakan menanti ajal, atau malah sudah lenyap. Padahal di semua kota di mana tradisi benteng berasal, keberadaan tembok kota, benteng, kubu pertahanan itu dipelihara dan menjadi salah satu tengara kota. Sebuah identitas, kebanggaan, simbol yang pada akhirnya menjadi salah satu atraksi wisata kota terkait.

Jakarta, bekas kota benteng kala masih bernama Batavia, tak mampu melestarikan benteng kota. Sisa tembok kota yang masih ada pun perlahan-lahan hancur karena berada di lingkungan yang tak sehat dan sangat kumuh. Cek saja tembok kota sisi timur yang sebagian dihancurkan demi jalan tol, sebagian lagi di sisi barat mungkin hanya bisa berharap dari keberadaan Museum Bahari. Tembok muka museum itu adalah bagian dari tembok kota sisi barat.

Untuk Jakarta, sisa tembok dari benteng kota belum menjadi atraksi yang masuk dalam panduan wisata. Maka tak heran jika sisa tembok itu boleh jadi tak akan bertahan di usia Jakarta ke 500 tahun, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun mendatang, jika tak segera mendapat perhatian.

Jikalau saya menulis tentang salah satu kota benteng di salah satu negara mediterania, itu bukan berarti saya ingin membandingkan kondisi pariwisata dan kebudayaan di DKI Jakarta yang sedikit ada usaha menggelar kegiatan. Tapi hendaknya kegiatan yang digelar bukan ala kadarnya, sekadar menggelar atraksi “anu”- “itu” di Kota Tua, yang bahkan tak punya konsep jelas, apalagi ciri khas. Bahkan, baru-baru ini, keterangan pers soal kegiatan yang akan berlangsung di Kota Tua malah digelar jauh di Jakarta Selatan, di kawasan Kemang.

Kali ini saya ingin memberi kesempatan pada pembaca untuk membayangkan sebuah kota kecil bernama Lucca di Italia. Lucca, ibu kota Provinsi Lucca di Tuscany (Toscana), bertetangga dengan kota-kota seperti Siena, Florence, dan Pisa. Empat kota tadi, Siena, Florence, Lucca, dan Pisa dibangun oleh Kekaisaran Romawi di abad permulaan. Kota-kota ini menjadi kota dagang, kota perbankan. Khususnya Lucca, terus berkembang menjadi kota perbankan dan perdagangan sutera dan mereka semua dibangun lengkap dengan benteng kota ala Romawi. Tentu saja, benteng yang dibangun Romawi sudah tak tampak di permukaan – kecuali dilakukan penggalian.

Benteng di Lucca yang masih berdiri dan menjadi salah satu atraksi wisata kota itu, bahkan jadi simbol kota yang ijo royo-royo dikelilingi bukit-bukit Tuscan, adalah benteng yang dibangun lagi pada abad pertengahan, abad 16 dan terakhir abad 17. Bagi sebagian warga, atau pengunjung, di kota kelahiran komposer Madame Butterfly dan La Boheme, Giacomo Puccini, ini, keberadaan tembok itu bagaikan kubu pertahanan dari keramaian kota – meskipun Lucca bukanlah kota sibuk. Selain pemandangan hijau menyejukkan, dari balik tembok siapapun bisa menikmati kota Lucca dengan rumah beratap merah bata, ciri khas kota itu.

Hamparan rumput hijau yang tumbuh di tanah Lucca jadi tempat yang mengasyikkan bagi warga untuk sekadar santai sambil mengisi perut dengan bekal roti atau buah, ngobrol, atau membuang waktu dengan membaca. Atau jika kebetulan mampir saat musim panas, jangan lewatkan festival tahunan Lucca Summer Festival, siapa tahu, pemusik favorit akan unjuk gigi di acara itu. Provinsi Lucca boleh jadi tak seluas DKI Jakarta, tapi acara tahunan tersebut diisi oleh pemusik kelas dunia semacam Dave Matthews Band, Anastacia, Lenny Kravitz, Elton John, dan sederet nama beken lain.   

Ditemani bruschetta, roti panggang yang dipotong kecil-kecil dengan bumbu bawang putih dan minyak olive yang sudah jadi tradisi sejak abad 15, makin mantap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com