Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Jazz "Kalah" oleh John Legend

Kompas.com - 06/03/2010, 03:08 WIB

John Legend memang bukan legenda jazz, tetapi di Jakarta International Java Jazz Festival penampilannya disambut lebih riuh ketimbang David Murray yang boleh disebut sebagai legenda hidup, setidaknya dari sisi jumlah penonton.

Itulah wajah hari pertama Java Jazz Festival (JJF) 2010 yang digelar di arena JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (5/3). Java Jazz Festival masih akan berlangsung hingga hari Minggu besok.

Tak pelak lagi, penampilan penyanyi soul R&B John Legend menjadi pemuncak pada hari pertama, Jumat malam. Ruangan Hall D2 yang menjadi panggung utama Java Jazz Festival tahun ini dipenuhi ribuan orang untuk menonton aksi penyanyi dan multi-instrumentalis asal Springfield, Ohio, AS, ini.

Menurut panitia, paling tidak 8.000-9.000 tiket pertunjukan khusus John Legend terjual. Jumlah itu hampir mencapai 10 persen dari total jumlah pengunjung yang telah memasuki gerbang utama arena Java Jazz Festival 2010 di JIExpo Kemayoran. ”Hingga saat ini, sudah ada 100.000 pemegang tiket yang masuk ke arena melalui gerbang utama,” tutur Widyasena Sumadio, publicist gelaran jazz terbesar di Tanah Air ini sekitar pukul 21.00.

Hingga pertunjukan dimulai dengan sambutan Chairman Java Jazz Festival Peter F Gontha, ribuan penonton masih antre mengular di luar gedung pertunjukan. Hal ini menyebabkan John Legend baru benar-benar tampil di panggung hampir satu jam terlambat dari jadwal semula pukul 20.30.

Lalu, apakah penampilan yang paling banyak menyedot pengunjung pada hari pertama ini membawa unsur jazz sebagaimana diharapkan dalam gelaran sebuah festival jazz? Tidak perlu. Saat konferensi pers sore harinya, Legend mengaku terus terang dia tidak akan mengubah musiknya sedikit pun sehingga menjadi lebih bercita rasa jazz agar cocok dengan ruang festivalnya. ”Saya diundang ke sini untuk memainkan musik saya, bukan untuk menjadi orang lain. Saya akan memainkan musik saya, sebagaimana saya biasanya memainkannya,” tutur musisi kelahiran 28 Desember 1978 ini.

Itulah realita sebuah festival sebesar Java Jazz Festival. Meski mengusung nama jazz, tidak serta merta semua musik di dalamnya harus bercorak jazz dan segala cabangnya. Alasannya, apa lagi kalau tidak untuk menarik sebanyak mungkin penonton. ”Kita perlu nama-nama besar yang populer agar orang datang untuk kemudian juga menonton pertunjukan musisi jazz. Kita perlu menarik minat masyarakat karena, dengan banyak penonton, festival jazz bisa survive. Ini kiat yang sudah dilakukan oleh festival jazz lain di dunia,” ungkap Ketua JJF Peter F Gontha.

Selain nama-nama yang lebih pop, seperti Legend atau Toni Braxton, Eric Benet, dan Kenny ”Babyface” Edmonds, JJF tahun ini juga menampilkan beberapa nama besar di dunia jazz, macam David Murray, Roy Hargrove, Christian McBride, Randy Brecker, dan grup The Manhattan Transfer.

Saksofonis David Murray membuka JJF 2010 dengan penampilannya bersama Black Saint Quintet di Hall A3, pukul 18.00. Inilah pertunjukan jazz tulen, yang didukung keterampilan permainan dan virtuoso yang sudah teruji di tingkat dunia. Penontonnya? Kira-kira hanya seperseratus penonton John Legend.

Murray adalah salah satu tokoh penting jazz saat ini, yang bereksplorasi berdasarkan akar jazz. Musisi asal California, AS, itu memainkan jazz mainstream. Permainan saksofonnya sangat agresif, menunjukkan virtuositas sebagai seorang yang pernah mendirikan World Saxophone Quartet akhir 1970-an.

Peter menambahkan, gelaran JJF mulai tahun ini dipindah dari venue lama di Balai Sidang Jakarta (Jakarta Convention Center) ke arena JIExpo Kemayoran, yang biasanya digunakan sebagai ajang tahunan Pekan Raya Jakarta. ”Kami perlu tempat yang lebih murah dengan parkir lebih luas agar bisa menekan harga karcis dan menampung penonton yang lebih banyak,” ujar Peter.

(DHF/BSW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com