”Dengan 1.000 musisi terlibat, dari luar negeri dan dalam negeri, kami tetap harus cermat. Setiap kali ada saja perubahan,” kata pria kelahiran Semarang, 2 Mei 1948, itu. Butuh kesabaran berhadapan dengan musisi-musisi yang punya kebiasaan dan kebutuhan berbeda-beda. Namun, dia memuji John Legend, bintang utama Java Jazz kali ini, sebagai penyanyi internasional yang rendah hati dan sederhana. ”Dia itu top,” ujar Peter. Java Jazz dibuka Jumat (5/3/2010) dan berlangsung hingga Minggu, dan lokasinya pindah ke Jakarta International Expo Kemayoran dari sebelumnya di Balai Sidang Jakarta. Perpindahan tempat ini juga butuh pengorganisasian dan terutama promosi ekstra. Namun, Peter optimistis target penonton 100.000 orang selama tiga hari festival akan tercapai. Tak mengherankan bila putrinya, Dewi, yang sejak tiga tahun terakhir menggantikan Peter dalam kegiatan operasional sehari-hari masih mengandalkan ayahnya. ”Kalau Java Jazz biar Papa saja, itu lebih serius dan Papa sudah jadi ikon. Kalau untuk Soul Nation dan Java Rockin’Land yang lebih muda, boleh deh ke saya,” kata Dewi. (NMP)