JAKARTA, KOMPAS.com - Pada gelaran Jakarta International Java Jazz Festival, pekan lalu, pemain harpa Maya Hasan (38) tampil dalam tiga acara, yakni pentas Maya Hasan Sound of Light yang menampilkan Fariz RM, Michael Paulo, dan gitaris John Paul Ivan; lalu pertunjukan marching band; dan yang terakhir workshop bidang yang sedang ia dalami,
music for healing. Tentu yang paling menarik adalah musik untuk penyembuhan lantaran Maya baru saja mendapat ilmu tambahan setelah mengikuti pelatihan selama dua minggu di San Diego Hospice and The Institute for Palliative Medicine, AS, Februari lalu. ”Saya baru
nyampe kembali di Jakarta 1 Maret dan dari bandara langsung ke tempat latihan buat Java Jazz. Jadi, benar-benar masih
fresh,” tutur Maya di Jakarta, Sabtu (13/3).
Pada prinsipnya, ilmu yang ia pelajari di San Diego memanfaatkan frekuensi dan vibrasi suara instrumen musik untuk membantu para pasien melakukan penyembuhan sendiri atau self healing. ”Jadi, ini bukan musik dalam pengertian umum, tetapi lebih secara teoretis. Bahkan, ada pasien tuli yang bisa mendapatkan manfaat dari metode ini dengan cara ’mendengarkan’ musik melalui indra peraba,” kata musisi kelahiran Hongkong, 10 Januari 1972, ini.
Saat ini Maya sedang menyiapkan sebuah proyek perdana untuk memanfaatkan metode baru ini bekerja sama dengan institusi-institusi pendidikan psikologi dan kedokteran. ”Kalau jadi, ini akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara,” ujar dia. (DHF)