Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Kaya, Farhan Tak Mau Jadi Pejabat

Kompas.com - 09/04/2010, 11:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski mendukung kalangan artis untuk jadi kepala daerah, pembawa acara televisi Farhan mengaku sama sekali tidak tertarik menjadi pejabat, baik bupati, wali kota maupun gubernur, meskipun jabatan itu diberikan cuma-cuma. Alasannya, ia ingin jadi orang kaya dan sejahtera.

 

Menurut pria kelahiran Bandung, 20 Februari 1970, ini, jalan untuk memperoleh kesejahteraan dan kekayaan bukanlah jadi pejabat, melainkan jadi artis seperti yang dilakukannya selama ini.


"Pokoknya, jadi pejabat itu repot. Aku ini pengin jadi orang yang sejahtera dan kaya. Kalau jadi pejabat kaya malah dihujat. Bisa jadi menghujatnya sambil tertawa dan marah-marah. Aku enggak mau seperti itu," tuturnya di Jakarta, Rabu (7/4/2010) lalu.

 

Meskipun kaya secara halal, tidak lewat korupsi dan penyalahgunaan wewenang, menurutnya, tetap saja pandangan sinis akan diberikan kepada pejabat yang bersangkutan. Apalagi kalau kenaikan hartanya signifikan.

 

Tentang banyaknya artis yang mengikuti pencalonan untuk jadi kepala daerah, Farhan menilainya sah-sah saja. Ia mencontohkan Julia Perez yang dicalonkan menjadi kepala daerah mampu menjawab pertanyaan dengan baik. "Secara politik, dia mampu. Tapi, kalau masalah teknis (kebijakan pemerintahan), memang perlu diasah. Sekarang, yang dipentingkan kan secara politik, meskipun secara teknis tidak mampu," ujarnya. "Jika politisi sekarang mampu secara teknis, apa bisa membuat negara ini lebih baik? Apa buktinya politisi bisa lebih mampu daripada artis? Nyatanya, negara kita hancur begini," ujarnya lagi.

 

Ia mengusulkan agar para artis yang akan maju jadi kepala daerah belajar dari artis-artis lain yang sudah berpengalaman, baik di eksekutif maupun legislatif, baik di pusat maupun daerah. "Tanya kepada Nurul Arifin, Miing Bagito, Rano Karno, Dede Yusuf, Tantowi Yahya. Belajarlah kepada artis yang pinter, jangan belajar kepada artis yang bodoh. Itu namanya gibah," tandasnya. (Persda Network/esy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau