BANDUNG, KOMPAS.com - Setiap kelompok musik umumnya punya sebutan unik untuk penggemar fanatiknya. Slank misalnya punya Slankers, Dewa digandrungi Baladewa, dan KLa Project dikagumi Klanis. Namun, basis penggemar itu hanya terdiri dari kumpulan fans kelompok musik tersebut.
Berbeda dengan para anggota komunitas yang mengidolakan musisi Ebiet G Ade. Tak hanya sekadar penggemar, mereka juga mengukuhkan dirinya selaku apresiator lagu-lagu Ebiet. Itu karena lirik-lirik Ebiet memang sudah terkenal memiliki makna yang dalam.
Komunitas itu antara lain sudah terbentuk di Kabupaten Sragen dan Purwokerto, serta Kota Medan, Banjarmasin, Mataram, dan Bandung dengan nama berbeda-beda. Di Bandung misalnya, Komunitas Apresiator Ebiet G Ade (Kaega) Bandung Raya yang terbentuk pada 8 Mei 2009.
Anggota Kaega Bandung Raya, Lena Salahuddin (49) mengaku, sudah menyukai lagu-lagu Ebiet sejak album pertamanya keluar yaitu Camellia I, tahun 1979. Apalagi, tiga tahun kemudian Lena pernah mewawancarai idolanya itu ketika menjadi penyiar Radio Mercurius di Makassar.
"Tema lagu Ebiet lengkap, mencakup semua aspek kehidupan mulai korupsi, lingkungan, hingga kasih sayang dengan lirik yang padat dan berbobot," tuturnya.
Lena juga menanggapi lagu-lagu Ebiet yang kerap diputar untuk mengiringi tayangan mengenai bencana di televisi. "Soal itu, ada bencana atau tidak, saya yakin lagu-lagu Ebiet akan tetap diputar dan didengar masyarakat," ujarnya.
Ketua Kaega Bandung Raya, Rudy Mulyadi juga menyenangi lagu-lagu Ebiet sejak album pertama diluncurkan. Padahal, saat itu ia masih siswa sekolah menengah pertama. Namun, kekuatan lirik Ebiet sudah mampu membuat seorang remaja merenungkannya.
"Saya pikir, lagu, melodi, dan liriknya lain. Seolah-olah mengajak berdiskusi. Maka, muncul chemistry saya terhadap lagu Ebiet," katanya.
Pada album-album berikut, Ebiet pun tetap konsisten dengan aliran musiknya. Bila mendengar lagu-lagu Ebiet terutama karya yang bertemakan religi, perasaan Rudy bergetar. Saat ini, jumlah anggota Kaega Bandung Raya ditaksir sekitar 400 orang. Tak hanya Kota Bandung, mereka juga berasal dari daerah-daerah sekitarnya seperti Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung serta Bandung Barat. (KOMPAS/BAY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.