Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coblos Ulang di Tengah Kejenuhan

Kompas.com - 02/08/2010, 15:20 WIB

Oleh Yohan Wahyu

Pemungutan suara ulang Pilkada Kota Surabaya yang digelar di lima kecamatan dan dua kelurahan cenderung tidak menunjukkan tingginya antusiasme pemilih. Tingkat kejenuhan terhadap proses pilkada menjadi salah satu pemicu rendahnya partisipasi pemilih mendatangi bilik suara.

Dari beberapa tempat pemungutan suara, tercatat rata-rata tingkat partisipasinya hanya mencapai 25 persen. Di beberapa tempat pemungutan suara (TPS) di wilayah Kecamatan Rungkut, misalnya, tingkat kahadiran pemilih untuk menggunakan hak pilihnya tidak sampai separuh jumlah pemilih. Angka ini turun jauh jika dibandingkan dengan partisipasi pemilih di kecamatan ini pada pemungutan suara 2 Juni lalu yang mencapai 50,2 persen.

Selain Rungkut, tingkat partisipasi dari empat kecamatan lain yang juga menggelar pencoblosan ulang rata-rata mencapai di atas 25 persen dibanding hasil pemungutan suara pada 2 Juni 2010. Kecamatan Bulak dan Kecamatan Semampir tercatat paling rendah partisipasinya, yakni berada di angka 39,4 persen dan 28,8 persen (lihat tabel).

Namun, jika dibandingkan dengan Pilkada Tahun 2005, angka partisipasi kelima kecamatan tersebut turun jauh. Saat pilkada lima tahun silam, angka partisipasinya berkisar di angka 47 persen - 59 persen. Dalam pilkada 2 Juni, angka partisipasi pemilih di lima kecamatan yang kemarin digelar pencoblosan berkisar antara 28 persen - 50 persen.

Di TPS 8 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, misalnya, saat pencoblosan 2 Juni, pemilih yang menggunakan suaranya berkisar 250 pemilih dari 386 pemilih yang masuk daftar pemilih tetap. "Sekarang yang mencoblos tidak ada separuhnya," ujar Bagio, salah satu saksi di TPS 8.

Jenuh

Pemilihan ulang memang membawa kejenuhan dan cenderung menurunkan tingkat partisipasi. Selain saat pencoblosan ulang, penurunan tingkat partisipasi juga tercatat pada putaran kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jatim 2008.

Saat putaran kedua Pilpres 2004, angka partisipasi pemilih di Surabaya mencapai 70,9 persen. Angka ini menurun dibanding saat Pilpres putaran pertama yang mencapai 74,3 persen. Angka terakhir ini tercatat sebagai partipasi pemilih Kota Surabaya yang tertinggi sejak Pemilu 2004 sampai Pilkada 2010 ini (lihat tabel). Pengalaman pertama memilih langsung presiden saat putaran pertama tersebut menjadi salah satu pemicu tingginya partisipasi pemilih saat itu.

Hal yang sama juga terjadi pada putaran kedua Pilkada Jatim yang digelar awal 2009. Tingkat partisipasi pemilihnya mencapai 43,4 persen, turun 10,6 persen dibanding antusiasme pemilih yang mencapai 54 persen.

Kecenderungan turunnya partisipasi pemilih pada putaran kedua, baik putaran kedua Pilpres 2004 maupun Pilkada Jatim 2009, menjadi sinyal pemilih tidak ingin terlalu "terlibat" dalam proses suksesi politik yang panjang.

Pengamat politik dari FISIP Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, menilai proses pilkada yang berlarut-larut sampai masuk dalam sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi menjadi salah satu pemicu turunnya antusiasme pemilih pada pencoblosan ulang Pilkada Surabaya. "Pemilih sudah enggan dan jenuh datang ke bilik suara karena berlarut-larutnya proses pilkada," ujar Airlangga.

Airlangga juga melihat selain munculnya kejenuhan terhadap proses pilkada yang panjang, momentum suksesi politik seperti halnya pilkada dan proses-proses politik lainnya belum menjadi satu kesadaran koletif dari warga. "Aktivitas politik belum menjadi aktivitas yang penting bagi warga Kota Surabaya", ujar Angga, sapaan akrab Airlangga, yang juga Koordinator Serikat Dosen Progresif Unair ini.

Kecenderungan rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Surabaya menjadi "lampu kuning" bagi kualitas pilkada, meskipun terkadang tidak serta-merta berkorelasi pada kadar legitimasi dari pemerintahan yang dihasilkan nanti. (Yohan Wahyu/Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com