Menerima banyak tamu dan berbincang tentang penerbangan tampaknya bisa mengurangi duka mantan Presiden BJ Habibie (74)
setelah kepergian istrinya, Hasri Ainun Habibie, 22 Mei silam. Sebagai pakar penerbangan dan teknologi, Habibie dengan penuh semangat menjawab berbagai pertanyaan tim Komite Inovasi Nasional yang Kamis (14/10) lalu bersilaturahim ke rumahnya.
Kepada tim yang dipimpin Prof Zuhal ini, Habibie menjelaskan, enam bulan lalu, Ibu Ainun masih ada, dan setiap kali bisa muncul di ruang pertemuan yang juga ruang perpustakaan itu untuk ikut menyapa atau mengingatkan suaminya.
Namun, meski sang istri telah tiada, bayangannya terus mengikuti Habibie, karena Ainun hadir pada setiap hidup dan pekerjaannya. Tentang pesawat terbang pun, kata Habibie, ”Tidak mungkin jika tidak ada Ibu. Dia tahu karena dia orangnya pintar. Ia menginspirasi saya di mana-mana.”
Habibie sedang bekerja keras menyelesaikan buku tentang dia dan istrinya, yang diberi judul Habibie dan Ainun. Dia telah merampungkan 28 bab dari 35 bab yang akan disusunnya. Buku itu rencananya diluncurkan akhir November 2010.
Bapak dua anak dan kakek empat cucu ini masih sibuk menemui pejabat pemerintah yang ingin berkonsultasi tentang masalah pembangunan, khususnya yang terkait dengan industri strategis.