Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jubing: Optimistis di Tengah Duka

Kompas.com - 06/11/2010, 09:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Setelah menyuguhkan karya instrumental "Lament" yang terdengar sendu, gitaris Jubing Kristianto mengembalikan keceriaan penontonnya lewat suguhan "Rek Ayo Rek" ciptaan Is Hariyanto di panggung konser amal Dari Gitaris untuk Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (5/11/2010).  

"Lament" dihadirkan Jubing untuk mengungkapkan suasana duka yang sulit sirna dari negeri ini. Sebuah ungkapan keprihatinan atas bencana yang datang tanpa ampun, dari tsunami Mentawai, banjir bandang di Wasior hingga Gunung Merapi, Yogyakarta, yang kini masih terus bergejolak.

Namun, bukan cuma duka yang ingin disuguhkan Jubing malam itu. Ia tak mau penonton larut dalam kesedihan. Toh, katanya, harus ada keseimbangan. Selain ingin berbagi, penonton juga butuh tontonan yang menghibur.

Maka dari itu, Jubing menghadirkannya lewat lagu "Rek Ayo Rek". Ada kegembiraan, keceriaan, dan optimisme yang disuguhkan. "Saya ingin memberikan keseimbangan aja. Biar tetap ada optimisme," ujarnya ditemui seusai manggung.

Dua nomor terasa begitu singkat. Jubing tampil begitu memesona. Meski terlihat santai, tetapi ada energi. Tangannya lincah menari-nari di atas dawai senar. Ia menghadirkan energi lewat nada-nada yang riang dan menghibur. Tanpa aba-aba, kor tepukan penonton pun mengiringi penampilannya.

Ratusan orang memadati konser amal malam itu, tak terkecuali sejumlah tokoh, seperti pengusaha Arifin Panigoro, pengamat politik Eep Saefuloh Fatah dan istri, Sandrina Malakiano, host Rossy Silalahi, Ratih Sanggarwati, dan Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun.

Namun, penonton tak langsung puas. Seusai memainkan nomor terakhir, penonton memaksanya untuk kembali. Jubing tak bisa menolak. Tanpa basa-basi, ia pun memainkan lagu "Becak Fantasy", dan penonton pun bersuka cita.

Jubing menjadi satu dari puluhan gitaris andal yang tampil di acara konser amal yang digagas sejumlah gitaris negeri ini—Dewa Budjana, Baron, Piyu, John Paul Ivan, dan rekan-rekan gitaris lainnya—lewat obrolan ringan di forum BlackBerry Messenger (BBM).

Energi cinta. Ya, itulah yang menggerakkan mereka untuk berbuat sesuatu buat saudara-saudara mereka yang terkena musibah. Hal ini pulalah yang menggerakkan Abdee, gitaris Slank, untuk memberikan persembahannya di konser yang digelar Kompas dan BBJ ini. "Ada energi cinta yang menggerakkan. Saya rasa setiap orang yang melihat dari televisi dan membaca koran akan tergerak melihat kondisi bencana seperti itu," kata Abdee.

"Rasa empati akan muncul memberikan energi untuk kita melakukan sesuatu. Paling tidak berdiri dari tempat duduk dan melakukan sesuatu semampu yang kita bisa berikan," tambahnya.

Abdee menjadi penampil kedua setelah penampilan pembuka Andra dan Tepi Item, yang membawakan secara medley "3 Keajaiban", "Surender" dan "Love Faith n' Hope". Abdee tampil bersama Baron dan Adrian. Ketiganya menyuguhkan lagu "Ku Tak Bisa" milik Slank. Aroma blues dari gitar yang dimainkan Adrian begitu kental terdengar, bersahutan dengan lengkingan gitar Abdee dan Baron, yang menjerit-jerit.

Sementara itu, Dewa Budjana tampil duet dengan Tohpati. Ia menyuguhkan dua lagu, yakni "Dan" ciptaan Eross Sheila On 7 dan "Guitar in the Midnight". Lagu pertama mereka sebagai bentuk apresiasi terhadap Eross, rekan sesama gitaris yang urung tampil di konser malam itu. Eross, yang asli Yogya, tak bisa hadir lantaran jalur penerbangan dari dan menuju Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, ditutup.

Sebanyak 25 gitaris plus Armand Maulana dan Audy Item ikut ambil dalam konser ini. Selain nama-nama di atas, ikut tampil pula gitaris lainnya, seperti Ian Antono, Ireng Maulana, Irfan "Samsons", Echank "Funky Kopral", Iwan Hasan, Kin "The Fly", Diat "Yovie & Nuno", Edo Widiz, Taraz "The Rock",  Yai Item, Iman "J-Rocks", Sonny "J-Rocks", Deni Chasmala, dan Stephan Santoso.

Seperti kata Abdee, rasa memahami dan menyelami apa yang dirasakan para korban bencana telah menggerakkan hati untuk bereaksi dan bertindak. Tak hanya memberi tontonan yang menghibur, sejumlah musisi/gitaris juga rela menyerahkan "istri" kedua mereka untuk berpindah tangan.

Ya, tiga buah gitar, masing-masing milik pengusaha yang juga musisi Setiawan Djodi, Dewa Budjana, dan John Paul Ivan, ikut dilelang dalam konser tersebut. Dari barang tersebut, terkumpul uang sekitar Rp 100 juta.

Apresiasi tak hanya pantas diberikan kepada gitaris-gitaris itu. Apresiasi juga pantas bagi mereka yang masih punya peduli dan empati untuk mau berbagi. Merekalah orang-orang yang mau dengan sukarela membuka dompetnya untuk kemudian memasukkannya ke kotak yang telah disediakan panitia atau mengirimnya lewat rekening.

Atas nama kemanusiaan, pantaslah bersyukur jika konser amal malam itu berjalan mulus. Donasi yang terkumpul pun mencapai Rp 534 juta. Uang itu kemudian diserahkan melalui Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan bantuan.

Rasanya, malam itu, kita pantas belajar dari para musisi tentang usaha mengejawantahkan sikap empati dan kepedulian yang tulus tanpa dibuntuti embel-embel. "Ini sudah menjadi kewajiban bagi musisi. Dia tak hanya sekadar menyanyikan lagu-lagu yang puitis dan percintaan. Tapi inilah bagian dari tanggung jawab kami terhadap musik," kata gitaris God Bless, Ian Antono, sebelum tampil menutup konser amal malam itu bersama Armand Maulana dan Audy serta rekan gitaris lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com