Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sang Pencerah" Menginspirasi Kaum Muda

Kompas.com - 12/11/2010, 06:03 WIB

DEPOK, JABAR, KOMPAS.com--Novel "Sang Pencerah" yang menceritakan mengenai perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, dinilai dapat menginspirasi kalangan generasi muda untuk memiliki karakter dan spiritualisme yang kuat, kata salah seorang pembahas buku tersebut.

"Novel ini banyak memberikan pelajaran mengenai kepemimpinan yang baik, memiliki keyakinan spritualisme yang kuat, membangun impian dan mewujudkannya, seperti ditunjukkan KH Ahmad Dahlan yang pada masa mudanya berjuang mendirikan Muhammadiyah," kata Dirut Perum ANTARA Dr Ahmad Mukhlis Yusuf, yang menjadi pembahas buku tersebut, di Depok, Jawa Barat, Kamis.

Pada kesempatan itu, ia menjadi pembahas novel tersebut bersama Ketua Pusat Ekonomi Bisnis Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dr Mustafa Edwin Nasution.

Acara diskusi bedah buku tersebut menampilkan pengarang novel "Sang Pencerah", Akmal Nasery Basral, dan diselenggarakan di kampus FEUI serta dihadiri para mahasiswa FEUI.

Menurut Mukhlis Yusuf, novel itu juga memiliki relevansi dengan studi ekonomi masa kini, karena konsep spiritualisme ternyata saat ini menjadi dasar dari konsep kemampulabaan (profitablity) bagi suatu badan usaha.

Dikatakannya bahwa riset yang dilakukan ekonom dunia Robert Kaplan dan David Norton (2000) menunjukkan kemampulabaan hanya dapat terwujud bila terdapat kebahagiaan atau kepuasan pelanggan.

Sementara, kepuasan pelanggan dapat diwujudkan jika terdapat proses bisnis yang baik.

Proses bisnis yang baik itu sendiri, kata dia, terwujud berkat adanya keyakinan spiritual yang baik dari para pelaku bisnis.

"Mahasiswa studi ekonomi akan mendapatkan banyak manfaat dengan membaca novel itu," kata Mukhlis Yusuf.

Hal senada dikatakan Ketua PEBS FEUI Mustafa Edwin Nasution yang mengatakan, situasi ekonomi pada periode perjuangan KH Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah antara tahun 1904-1912 ternyata dalam banyak hal masih banyak kesamaannya dengan situasi saat ini.

"Ambil contoh pada masa kehidupan Ahmad Dahlan, banyak permasalahan ekonomi masyarakat, seperti kemiskinan, riba (membungakan uang dengan persentase tinggi), serta wakaf (hibah). Inilah potret masyarakat Indonesia 100 tahun lalu yang masih ada hingga saat ini. Kenapa kita tidak bisa menarik pelajaran dari masa lalu?" kata Mustafa.

Sementara itu, Akmal Nasery Basral mengatakan bahwa novel "Sang Pencerah" dibuat berdasarkan skenario film "Sang Pencerah" yang dibuat sutradara Hanung Bramantyo.

Dikatakannya bahwa pada April 2009, Hanung datang ke penerbit Mizan membawa draf pertama skenario film "Sang Pencerah".

Dia kemudian minta dibuatkan novel untuk melengkapi film tersebut.

Pihak Mizan lalu mengontak Akmal Nasery yang saat itu masih sebagai wartawan di harian Koran Tempo.

Setelah Hanung melakukan penyempurnaan skenario film hingga draf ke-12 pada Mei 2010, Akmal akhirnya mengerjakan novel tersebut berdasarkan skenario film yang ada sekaligus memperkaya bahan tulisan melalui riset kesejarahan KH Ahmad Dahlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com