JAKARTA, KOMPAS.com — Lewat album barunya, Merdesa, rapper sekaligus presenter Pandji Pragiwaksono membawa pesan bahwa orang harus hidup merdesa atau patut dan layak, setelah merdeka. Bagi para artis musik, seperti juga Pandji, pembajakan memiskinkan mereka sehingga tak bisa hidup merdesa. Untuk melawan pembajakan, ia menggunakan free lunch method dalam memasarkan album ketiganya tersebut.
Pandji, yang sebelumnya telah melepas album-album Provocative Proactive (2008) dan You'll Never Know When Someone Comes In and Press Play on Your Paused Life (2009) ke pasar musik Tanah Air, mengklaim Merdesa lebih inspiratif daripada kedua album tersebut. "Merdesa itu artinya layak dan patut. Jadi, setelah merdeka, kita harus mencari hidup yang patut dan layak," terang Pandji dalam jumpa pers Free Lunch Method di kantor MarkPlus, Segitiga Emas Business Park, Jalan Dr Satrio, Jakarta Selatan, Selasa (30/11/2010).
Pandji mengaku menemukan kata itu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. "Merdesa itu ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Memang biasanya cuma rapper yang buka kamus, buat nyari rima lagu," ujarnya menyindir.
Merdesa, menurut Pandji, juga berkait dengan kondisi ekonomi dan, menurutnya pula, para artis musik di Indonesia seharusnya memiliki kondisi ekonomi yang merdesa. "Seniman enggak boleh miskin. Kalau miskin, itu berarti ada kekayaan yang dicuri. Kalau kita lihat di MTV, ada artis lihatin kulkas yang sebesar pintu di rumahnya. Tapi, di Indonesia, kadang orang enggak percaya, ada artis yang boncengan naik motor. Sebegitunya persepsi tentang artis di Indonesia," tuturnya.
Pandji mengatakan, pembajakan karya ciptalah yang telah merampok para artis musik Indonesia. "Ada dua masalah yang dihadapi musisi. Dulu, mereka membutuhkan duit buat promosi, iklan, rekaman, segala macam supaya lagu mereka mau diputar. Bayangkan, musisi yang bagus banget tidak dikenal karena tidak punya uang. Masalah yang kedua adalah masalah pembajakan. Saya tidak setuju kalau pembajakan harus dihilangkan. Tapi, pembajakan itu harus dilawan," tuturnya lagi.
Masih menurut Pandji, pembajakan seperti dibiarkan atau disetujui oleh banyak pihak. "Transaksi ilegal ini justru nyaman, tanpa ada perasaan bersalah. Ya, gimana enggak, tempat penjualan bajakan ber-AC, pelayannya senyum, DVD-nya bisa dicoba dulu. Apalagi bule, baru sehari sudah tahu tempat jual DVD bajakan," bebernya.
Karena itu, daripada merasa sesak karena albumnya dibajak, Pandji sekalian saja membebaskan para penyuka musiknya untuk mengunduh (download) album Merdesa dengan free lunch method di situs miliknya, www.merdesa.pandji.com sejak 1 November 2010. "Ini mungkin bukan metode terbaik, tetapi bisa dijadikan metode yang bisa dipakai," katanya lagi.
"Dengan free lunch method, musisi diuntungkan karena materi dan karya mereka bisa beredar di publik secara utuh dan luas tak terbatas. Dari sisi klien, mereka juga diuntungkan karena langsung dapat memiliki kesempatan mengevaluasi brand-nya melalui musisi. Sedangkan, untuk penikmat musik, mereka mendapatkan akses yang lebih cepat dari musisi mereka," sambungnya.
Dari situ, Pandji mengejar jumlah page view yang mengunjungi situsnya. "Klien (pengiklan) akan memberi waktu sampai 30 hari. Tapi saya berhasil mengumpulkan 10.000 page view dalam waktu 10 hari sejak 1 November 2010. Ini juga disertai kampanye digital lewat Twitter atau Facebook," terangnya lagi.
Pelan tapi pasti, kini Pandji mulai menikmati nilai ekonomis dari free lunch method album Merdesa. "Baru kali ini saya merasa untung, beda dengan yang didapat dari distribusi album pertama dan kedua," akunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.