Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Lain Terorisme Terungkap dalam Film

Kompas.com - 09/12/2010, 08:17 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Film dokumenter bisa mengungkapkan sisi lain sebuah fakta yang disajikan di media massa konvensional. Sisi lain dari fakta itu antara lain muncul dalam film dokumenter berjudul ”Prison and Paradise”.

Film dokumenter garapan Rudi Daniel Haryanto itu diputar dalam Festival Film Dokumenter (FFD) di ruang seminar Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (8/12). Rangkaian festival film yang diselenggarakan Komunitas Dokumenter ini berlangsung 7-11 Desember.

Dalam filmnya, Rudi Daniel Haryanto mengangkat kisah dua keluarga korban Bom Bali 2002. Ia menampilkan keseharian anak-anak dua keluarga itu sambil mengungkap kenangan keluarga terhadap peristiwa itu.

Keluarga pertama, Laksmi, tinggal di Denpasar, Bali. Laksmi adalah seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Mereka adalah keluarga Muslim. Bom yang meledak pada 12 Oktober 2002 merenggut nyawa Imawan Sarjono, suami Laksmi sekaligus ayah dari kedua anak lelakinya.

Keluarga yang kedua, Titin, tinggal di Yogyakarta. Titin adalah istri Mubarok, salah satu terpidana peledakan Bom Bali Oktober 2002. Sejak peristiwa itu, Titin hidup bersama kedua anak perempuannya tanpa bapak.

Rudi mengaku sengaja mengambil perspektif anak-anak dalam filmnya ini. Film ini mengungkapkan, dampak terorisme terhadap anak-anak korban. ”Film ini tidak sedang membicarakan tentang terorisme, tetapi bicara tentang kemanusiaan. Anak-anak dan istri para pelaku maupun korban merupakan pihak yang paling menderita akibat terorisme,” tuturnya.

Selain mengungkapkan kehidupan keluarga korban terorisme, film ini juga menampilkan wajah Islam Indonesia yang damai.

Dalam membuat film berdurasi 93 menit ini, Rudi bekerja sama dengan Noor Huda Ismail, mantan wartawan yang pernah tumbuh bersama salah seorang pelaku peledakan Bom Bali. Riset dilakukan tujuh tahun untuk filmnya ini.

”Hiphopdiningrat”

Dalam FFD akan diputar secara khusus film ”Hiphopdiningrat” karya Marzuki Mohammad dan Chandra Hutagaol pada Jumat besok. Film disusun Marzuki sebagai pendiri Jogja Hip Hop Foundation sejak 2003-2009. Sebuah cerita unik tentang kultur hip hop Yogyakarta. Kebudayaan urban bertemu tradisi Jawa untuk menciptakan produk kesenian kontemporer. (ARA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com