Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Tua Jakarta Kembali Ke Abad 18

Kompas.com - 12/12/2010, 19:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana di depan Museum Fatahillah tiba-tiba berubah mencekam, beberapa tentara VOC berlarian menangkap satu persatu orang Tionghoa, dengan laras senjata diarahkan kepada mereka, orang-orang Tionghoa diseret memasuki Museum Fatahillah. Tidak sedikit yang berusaha melepaskan diri, namun kekangan tentara lebih kuat sehingga mereka menyerah tak berdaya.

Di sudut lain, sekelompok orang Tionghoa yang tidak terima akan perlakuan tentara VOC berkumpul dan merencanakan untuk menyerang Museum Fatahillah tempat Gubernur Jenderal VOC A Valckenier berada.

Mereka akan memberontak karena VOC telah menangkap orang-orang Tionghoa di Batavia, bahkan kemarahan mereka semakin memuncak setelah mendengar kabar bahwa saudara-saudara mereka yang dibawa kapal VOC telah dilemparkan ke laut.

Penyerangan itu pun akhirnya terjadi dan menyebabkan pertempuran yang sengit antara orang Tionghoa dan tentara VOC, karena hanya bermodalkan persenjataan yang seadanya orang-orang Tionghoa yang menyerang tidak berkutik dan gugur dalam pertempuran.

Tapi jangan bayangkan sebuah pertempuran yang berdarah-darah ataupun desingan peluru sungguhan. Peristiwa ini hanyalah sebuah drama yang bertajuk 'BATAVIA 1740: Sebuah Rekontruksi Sejarah' dan mainkan oleh seratus orang yang tergabung dari beberapa teater di Jakarta seperti Teater TED, Teater Ronggolawe dari Universitas Negeri Jakarta dan Teater SMA 4 Jakarta, di depan Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua, Jakarta Barat, Minggu (12/12/2010).

Acara yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Gebyar Taman Fatahillah ini sengaja menampilkan peristiwa sejarah yang terjadi pada abad ke-18 di Batavia, tepatnya pada tahun 1740. Di mana pada masa itu terjadi perselisihan antara VOC yang memegang kekuasaan pada saat itu dengan orang-orang Tionghoa yang berujung dengan pemberontakan warga Tionghoa.

"Kita tidak hanya mengangkat mengenai pemberontakan, tetapi kita ingin menyoroti bagaimana peran warga pribumi menolong orang-orang Tionghoa yang ketakutan dan diburu oleh tentara VOC, dan warga pribumi memberikan tempat tinggal bagi orang Tionghoa dan masih ada hingga sekarang, seperti di Tangerang dan Depok", tutur DWi Martati.

Para pemain dipersiapkan kurang lebih selama dua bulan, dari pengamatan Kompas.com sejumlah pemain ada yang berperan menjadi warga pribumi yang berjualan sayur, ada yang menjadi orang Tionghoa, dan tentu saja sebagai tentara VOC dan Noni-noni Belanda.

Drama ini kian menarik karena para pemain langsung berinteraksi dengan warga yang kebetulan berkunjung di Kota Tua sehingga tidak ada batasan. Bahkan beberapa pemain yang berperan sebagai pedagang sayur terlihat antusias menawarkan dagangannya kepada penonton.

Untuk memberikan nilai tambah dalam drama ini, panitia sengaja mengajak tiga orang bule untuk bermain, salah satunya adalah Uncle JC yang terkenal melalui acara Republik Mimpi dan Mama Mia. Kali ini Uncle JC berperan sebagai Gubernur Jenderal A Valckenier.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com