MEDAN, KOMPAS.com - Ketua Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Negeri Medan, Meuthia Fadila Fachruddin mengatakan, pendidikan kesehatan reproduksi sangat bermanfaat dalam mencegah kalangan remaja akan bahaya seks bebas.
"Yang perlu diperhatikan saat ini, yakni pendidikan kesehatan reproduksi (kespro) remaja," katanya Selasa (28/12/2010) saat diminta komentarnya semakin maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja.
Saat ini sebagian masyarakat terlebih orang tua masih menganggap seks sebagai hal yang tabu, sehingga tidak ingin membicarakan masalah tersebut.
Padahal, pembicaraan terkait bagaimana seharusnya seks yang benar, perlu dilakukan terlebih kepada para remaja agar mereka memahami dampak buruk dari kegiatan itu.
Meuthia, mengatakan, menyukai lawan jenis di kalangan remaja merupakan hal natural, tetapi perlu diberikan pemahaman yang baik tentang cara dan waktu yang tepat untuk menyalurkannya.
"Dengan pendidikan kespro mereka akan mengenal bahaya dan dampak dari tindakan yang dilakukan di luar pernikahan itu sehingga berpikir untuk melakukannya," ujarnya.
Pergaulan bebas sejak dulu memang sudah mengkhawatirkan, namun para orang tua tidak pernah siap membekali anak-anak untuk melindungi diri mereka dari seks bebas tersebut.
"Terlebih lagi, teknologi informasi saat ini kian berkembang, sehingga berbagai informasi cepat disampaikan kepada masyarakat, khususnya remaja," katanya.
Sebelumnya, BKKBN mencatat hasil survei pada 2010 menunjukkan, 51 persen di Jabodetabek dan 52 persen remaja di Medan telah melakukan seks pranikah.
"Artinya dari 100 remaja, 51 sudah tidak perawan," ujar Kepala BKKBN Sugiri Syarief.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.