Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru: Yakin, PTN Hanya untuk Orang Kaya!

Kompas.com - 07/01/2011, 17:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kuota mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) yang diberikan secara nasional dirasakan semakin hari semakin sempit. Bahkan, seorang guru di Jakarta menilai, sifat penyeleksian kini semakin eksklusif dan diskriminatif.

Demikian diungkapkan Retno Listyarti, guru SMAN 13 Jakarta Utara, kepada Kompas.com, Jumat (7/1/2011), terkait aturan baru Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011. Menurut pengamatannya, telah terjadi perubahan signifikan pada sistem seleksi mahasiswa baru PTN saat ini, terlebih pada 2011 ini.

"Dulu, bahkan tahun lalu saja, yang mau daftar itu tinggal berkoordinasi dengan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah dan langsung mendaftar. Kalau tahun ini diganti dengan surat undangan, rasanya tidak adil," ujar Retno.

Seperti diberitakan, SNMPTN tahun ini dibuka melalui dua jalur, yakni ujian tulis dan undangan. SNMPTN undangan hanya terbuka untuk siswa yang sekolahnya mendapat undangan panitia SNMPTN.

Ketua Majelis Rektor PTN Musliar Kasim, Kamis (6/1/2011) di Jakarta, menuturkan, selama ini hampir semua PTN memiliki jatah kursi untuk siswa/siswi berprestasi di sekolah, antara lain dikenal dengan jalur penelusuran minat dan bakat atau penelusuran bibit unggul. Namun, mulai 2011, seleksi yang awalnya dilakukan PTN masing-masing itu akan dilaksanakan oleh panitia SNMPTN 2011.

Siswa yang boleh mengikuti jalur ini harus masuk dalam kategori 25 persen siswa terbaik di sekolah yang sudah terakreditasi. Siswa boleh memilih dua PTN di mana pun dan bisa memilih masing-masing dua program studi.

"Ini kan diskriminasi namanya karena hanya untuk 25 persen siswa terbaik dan dari sekolah yang terakreditasi. Terus terang, kalau ini sama dengan PMDK tidak masalah. Tapi kalau ternyata tidak, ceritanya tentu lain karena akan menghalangi sekolah lain yang belum berakreditasi," kata Retno. 

"Bicara akreditasi, saya yakin, yang diundang itu nantinya sekolah-sekolah papan atas, yang murid-muridnya dari golongan ekonomi berada, yang gizinya bagus dan tentu saja pintar," paparnya.

Retno menyayangkan jika kondisi itu benar adanya. Dia bisa memastikan, PTN saat ini memberikan kesempatan pendidikan tinggi yang berkualitas hanya kepada orang-orang berkantong tebal. Kastanisasi pendidikan, lanjut dia, semakin jelas terlihat di matanya sebagai seorang pendidik. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com