Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eric Clapton, Narasi Tanpa Basa Basi

Kompas.com - 20/02/2011, 10:40 WIB

Bre Redana

Apa yang paling diperbincangkan sebagian orang seusai menonton penampilan Eric Clapton di Indoor Stadium, Singapura, Senin, 14 Februari, lalu? Selain menyanyi, tak ada kata-kata keluar dari mulutnya kecuali ”thank you”.

Malam itu bertepatan dengan yang disebut para remaja Valentine’s Day, Clapton tampil di stadion yang terisi penuh oleh sekitar 10.000 penonton—tiket habis jauh hari sebelum pertunjukan. Pada saat pertunjukan Clapton, terlihat generasi apa yang memenuhi stadion. Para penonton sebagian besar rambutnya telah memutih. Mereka kebanyakan para ekspatriat, termasuk para penonton dari negeri tetangga Singapura, seperti Indonesia dan Malaysia.

Clapton (kini 65 tahun) muncul di panggung mengenakan celana jins belel, baju lengan pendek berbahan katun. Sangat sederhana, bahkan hari itu dia kelihatannya lupa mencukur jambang. Di belakangnya ada empat pemusik dan dua perempuan backing vocal: semuanya benar-benar sekadar ”backing” bagi sang empu blues-rock ini.

Tanpa berucap ba atau bu, dia memetik gitarnya membuka pertunjukan dengan blues klasik ”Key to the Highway”, disusul ”Goin’ Down Slow”. Setelah itu, nomor standar dari Muddy Waters, ”Hoochie Coochie Man”.

Para penonton yang rambutnya telah memutih, termasuk yang jauh-jauh datang ke Singapura, tak peduli dengan tampilan panggung yang sederhana, termasuk tidak perlunya basa-basi dari Clapton.

Cantiknya kamu

Melihat Clapton, tinggi semampai di tengah panggung, tanpa kekenesan apa pun, termasuk dalam teknik petikan gitarnya, seperti melihat sebuah monumen sejarah. Di situ perjalanan sebuah generasi terungkap, termasuk riwayat asmara Clapton, yang sebagian menjadi inspirasi lagu-lagunya. Di balik gitar Fender Stratocaster warna hijau telur asinnya, kami seolah membaca segalanya. Ketika gitar itu melantunkan ”Little Queen of Spades” dan ”Crossroads”, kami tahu, itu lagu dari salah satu idolanya, gitaris blues tahun 1930-an, Robert Johnson.

Setelah beberapa lagu, Clapton duduk. Para roadies mengganti gitar Clapton, dengan gitar akustik warna coklat. Bisa ditebak, lagu apa yang akan keluar dengan akustik ini. Itulah dia, ”Layla”.

Mendengar Clapton membawakan ”Layla”, terbayang roman yang dijalaninya, dengan perempuan bernama Patty Boyd, yang telah menjadi inspirasi setidaknya dua pemusik besar, George Harrison dan Eric Clapton sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com