Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Retro ala Chaseiro

Kompas.com - 01/05/2011, 05:08 WIB

Oleh Fitrisia Martisasi & Frans Sartono

Chaseiro, kelompok musik yang populer pada akhir era 1970-an hingga awal 1980-an itu, dimunculkan kembali lagi lewat album ”Retro”. Bukan sekadar nostalgia katanya. 

Bagi penikmat musik pop pada akhir 1970-an hingga 1980-an, nama Chaseiro mungkin lekat dalam ingatan. Chaseiro menampilkan harmoni vokal dengan musik pop bercita rasa jazz, bossa nova, dan latin itu

berawak mahasiswa Universitas Indonesia. Mereka adalah Candra Darusman, Helmie Indrakesuma, Aswin Sastrowardoyo, Edwin ”Edi” Hudioro, Irwan Indrakesuma, Rizali Indrakesuma, dan Omen alias Norman Soni Sontani. Gabungan inisial nama mereka membentuk nama Chaseiro.

Kini, setelah kelahirannya 33 tahun lalu, pertemanan mereka masih terawat. Penggemar mereka pun masih setia. Setidaknya itu terlihat dari penampilan mereka di Java Jazz dan GoetheHaus tahun 2009 yang dipadati penonton. Demi persahabatan dan kesetiaan itu, Chaseiro meluncurkan album Retro yang berisi kumpulan lagu lama dengan aransemen baru plus sebuah lagu baru, ”Salah Cinta”.

Peluncuran album pada Sabtu (30/4) yang ditandai dengan pergelaran ”Chaseiro Music & Friends” di Airman Planet Hotel Sultan, Jakarta, mereka persiapkan sepenuh hati dalam keterbatasan. Terbatas karena ”mantan mahasiswa” itu masing-masing telah ”jadi orang”.

Rizali, misalnya, sekarang menjabat Direktur Asia Selatan di Kementerian Luar Negeri. Candra Darusman bertugas di perwakilan World Intellectual Property Organization (Wipo) di Singapura. Aswin Sastrowardoyo berprofesi sebagai dokter. Sebelum konser, mereka biasanya meluangkan 12-15 kali berlatih. ”Tetapi, terbatas sampai jam sebelas malam, enggak bisa lagi seperti dulu sampai jam dua pagi. Umuuurrr….,” ujar Omen sambil tergelak.

Maklum, usia mereka semua di atas 50 tahun. Rizali, misalnya, memasuki Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (sekarang FISIP) UI tahun 1975. Yang termuda, Irwan—yang juga adik kandung Rizali, selain Helmie—menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi UI tahun 1978.

”Gerakan mahasiswa”

Chaseiro lahir di tengah kehidupan kampus masa Orde Baru yang menerapkan kebijaksanaan normalisasi kehidupan kampus (NKK). Kalangan kampus menganggap NKK sebagai bentuk pemberangusan kebebasan.

Ketika kampus dibungkam itulah mahasiswa bernyanyi. Di Universitas Padjadjaran, Bandung, misalnya, muncul Grup Pecinta Lagu (GPL) yang dimotori Iwan Abdulrahman. Di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ada Orkes Jaran Goyang dan Jetset (Jelek tapi Stil). Dari UI, publik mengenal Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Tiga dari personel PSP, yaitu Omen, Rizali, dan Edi, adalah awak Chaseiro juga.

Chaseiro termasuk salah satu yang mampu masuk ke dalam industri musik dan populer. Setidaknya mereka membuat sejumlah album dan lagu-lagu. Pemuda merupakan album pertama yang diproduksi Musica Studio, 1979. Kemudian

Bila (1979), Vol 3 (1981), Ceria (1982). Belakangan setelah nonaktif sekian lama, mereka membuat album Persembahan (2001), dan single Pemuda aransemen baru (2009).

Lahir di masa kebebasan berpendapat amat terbatas itu, Chaseiro muncul dengan lagu-lagu dengan lirik menggelitik, tetapi jauh dari garang. Lagu ”Pemuda,” misalnya, lebih ajakan untuk menyatukan kaum muda yang dilihat saat itu terpecah-belah. ”Kami menebarkan optimisme daripada kecaman,” kata Candra.

Anak zaman

Chaseiro muncul ketika apa yang disebut sebagai ”vocal group” atau ”folk song” tengah populer di era 1970-an. Chaseiro pernah memenangi festival vocal group se-DKI Jakarta pada 1978. Dari ketujuh anggota Chaseiro, lima orang di antaranya telah malang-melintang di dunia vocal group. Rizali, Omen, Helmie, Aswin, dan Irwan getol mengikuti lomba.

”Kami nyanyi bareng sejak di SMA 11 tahun 1974. Irwan ikut meski waktu itu masih SMP,” tambah Omen.

Di Universitas Indonesia, kelompok eks SMA 11 ini bertemu Candra Darusman dan Edwin ”Edi” Hudioro dari Fakultas Ekonomi yang pada saat bersamaan telah membentuk kelompok musik bersama Helmie. Lewat Helmie, kedua kelompok ini dipersatukan. ”Saya biasa urus aransemen musik, Rizali aransemen vokal. Jadi, klik. Seperti menemukan pasangan keping puzzle,” ujar Candra.

Sekadar ilustrasi, pada era akhir 1970-an, mode rambut gondrong mulai menyurut. Muncul tren rambut setengah gondrong dengan gaya sisiran belah tengah. Ini merupakan evolusi dari sisir belah pinggir yang terasa ketinggalan zaman di pertengahan 1970-an dilindas mode rambut gondrong. Jejak gaya rambut terlihat foto awak Chaseiro di sampul dalam album Retro. Perhatikan juga gaya celana cutbray yang mereka kenakan yang memang sedang menguasai era 1970-an—dan kini terkesan kuno.

Meski demikian, Retro menurut Candra bukan dimaksud sebagai album nostalgia atau sekadar romantisasi masa lalu. ”Ada sesuatu yang baru yang kami tawarkan,” kata Candra.

Delapan dari sembilan lagu di album Retro memang dicomot berasal dari album-album lama, tetapi dibuat baru tanpa kehilangan nuansa khas Chaseiro, yaitu harmoni vokal yang manis. ”Pemuda”, misalnya, sudah kehilangan alunan flute-nya, tetapi tata vokal lama khas itu masih terdengar.

Selain ”Pemuda”, ada ”Membekas Kini”, ”Awal dan Akhir Hari”, ”Shy”, ”Seandainya Sederhana”, ”Siapa Dia”, ”Sebuah Ciptaan”, ”Ceria”. Lagu baru ”Salah Cinta” justru menegaskan kembali ciri khas Chaseiro, yaitu sentuhan jazz bossa nova yang mengingatkan pada musik Sergio Mendes.

”Retro, maksudnya yang lama yang dimunculkan kembali, tetapi tidak sekadar mendaur ulang. Kami munculkan kreasi-kreasi baru tanpa meninggalkan ciri Chaseiro,” kata Candra.

Mungkin Chaseiro konsisten dengan ”kredo” yang mereka ucapkan pada lagu ”Ceria”: ”Kurasa tiada lagi harapan/ Bila waktu terbuang/ Hanya dengan bernostalgi ...”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com