Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Purnama Candi Penataran Daya Tarik Baru

Kompas.com - 17/07/2011, 20:54 WIB

KOMPAS.com - Keterlibatan sejumlah seniman luar negeri membuat acara Purnama Seruling Penataran (PSP) di pelataran Candi Penataran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur kian dikenal. Kegiatan yang berlangsung rutin tiap bulan saat bulan purnama itu telah diselenggarakan sejak Oktober 2010 dengan didukung penuh pendanaan oleh pemerintahan setempat. 

Penyelenggaraan yang dilaksanakan Dewan Kesenian Kabupaten Blitar (DKB) termasuk dukungan dana dari APBD Pemkab Blitar, menjadikan acara berlangsung terus menerus setiap bulan. Namun, diakui Wima Brahmantya (29), Ketua DKB, penyelenggaraannya belum menjadikan semacam gema besar, misalnya dibanding Fashion Carnaval di Jember atau Festival Malang Kembali (FMK) di Malang yang sudah berlangsung beberapa tahun.

Segi menonjol dari acara ini karena digunakannya pelataran Candi Penataran di wilayah Kabupaten Blitar sebagai panggung acara, yang diisi dengan penampilan seni pertunjukan (performing arts). Hari Jumat malam (15/7/2011), saat acara dimulai, diisi dengan sejumlah pertunjukan tari, menampilkan sejumlah nomor dari penari-penari mancanegara dan dalam negeri. Diantara yang tampil adalah nama-nama generasi muda penari Thailand, Ronnarang Khampa, juga Tonny Yap (Australia).

Sejumlah nama lain muncul, namun panitia tidak memiliki cukup informasi tertulis yang menjelaskan latar belakang keartisan masing-masing, yakni Yumi Umiumare, Revalti Ilanko, Ida Lowrence. Dari Indonesia ada Agung Gunawan, Darmawan Dadijono, Nyoman Sura. Tampil juga kesenian reog, barongan (derivat topeng reog) oleh komunitas artis tradisional Blitar.

Wima menjelaskan, tujuan terbesar dari usahanya berusaha mengangkat kembali kejayaan Candi Penataraan tidak hanya sebagai benda arkeologi, namun juga semangat (spirit) yang mengiringi dua peradaban yang pernah terlibat dengan candi terbesar di wilayah Jawa Timur ini. Candi Penataran merupakan pusat budaya dan peribadatan dari peradaban Singasari dan Majapahit.

"Kami bahkan yakin penyampaian sumpah amukti Palapa oleh Gajah Mada pada abad ke-15 , dilakukan di lokasi atau di halaman candi ini. Sumpah yang memiliki ide besar penyatuan Nusantara. Begitu juga di zaman modern, Bung Karno yang menjadikan satu-satunya tokoh Indonesia yang memiliki gaung internasional dengan berusaha mempersatuk an Asia dan Afrika, juga dibesarkan di Blitar. Bung Karno tumbuh dewasa bersama kesadaran akan sejarah Penataran," kata Wima, yang juga anak Bupati Blitar Heroe Nugroho.

Penonton sekitar seribuan orang, tidak cukup banyak untuk ukuran acara dengan nama festival. Tidak ada spanduk atau petunjuk apapun dari pusat kota Blitar perihal acara ini. Kegiatan berpu sat di halaman candi yang merupakan kompleks sejumlah bangunan candi. Menurut arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono, di halaman candi ini pula di bangunan teras, para ilmuwan me yakini, dulu tempat para raja duduk menyaksikan perayaan-perayaan keagamaan.

"Jadi tokoh-tokoh seperti Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang merupakan tokoh historis, dulu menginjakkan kakinya di sini. Di atas pelataran yang kini berupa bangunan batu serupa panggung ini, diyakin i ada tegakan bangunan kayu atau bambu yang kini sudah musnah, dan para petinggi raja duduk di sini menyaksikan jalannya upacara keagamaan," katanya.

Para penari menyajikan tarian modern, yang tentu agak sulit dicerna oleh penonton awam warga setempat. Penonton bisa bebas masuk tanpa membayar tiket. Pemberitahuan pertunjukan hanya berupa cetak banner. Anggaran panitia tampaknya lebih banyak dipusatkan pada penggunaan tata lampu dan panggung. Penari Thailand, Ronnarang Khampa menjelaskan, acara ini merupakan pertunjukan sejumlah seniman luar negeri, sehingga panitia tidak akan mudah menentuklan batasan tema.

"Tema tari harus cukup luas untuk menampung semua bentuk kreativitas. Ini merupakan pertunjukan pertama saya di panggung Indonesia san saya senang sekali," katanya, usai menarikan gerakan tari modern yang menggambarkan persatuan spirit dan tanah di pelataran candi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com