KOMPAS.com — Kematian penyanyi Inggris, Amy Winehouse, belum lama ini memunculkan pertanyaan menggelitik. Kenapa banyak musisi terkenal harus meninggal saat ia berada di puncak kariernya dan usianya masih cukup belia?
Amy meninggal pada usia 27 tahun. Ia ditemukan tewas di kediamannya di London, Sabtu (23/7/2011). Pelantun lagu "Back to Black" ini ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa oleh petugas medis darurat yang mendatangi kediamannya dan polisi belum dapat menyimpulkan penyebab kematiannya.
Ia bernasib hampir sama dengan sejumlah musisi terkenal lainnya yang meninggal pada umur 27 tahun. Mereka adalah Kurt Cobain, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Jim Morrison, Brian Jones, dan Robert Johnson. Joplin, Hendrix, Morrison, dan Jones bahkan meninggal berturut-turut dalam selisih waktu dua tahun antara yang satu dan yang berikutnya.
Fenomena musisi yang meninggal pada usia 27 memang menarik untuk ditelisik. Bahkan, Wikipedia memuat catatan bertajuk "Forever 27 Club". Sementara itu, ada pula yang membuat situs bernama "27 Curse" atau "Kutukan 27".
Apakah memang kematian mengejutkan musisi terkenal pada usia 27 ini hanya sebuah kebetulan? Ataukah memang ada benar-benar sebuah kutukan?
Konsultan kesehatan jiwa yang juga asisten profesor pada Counselor Education di Florida Atlantic University, Stephanie Sarkis, mengungkapkan pendapatnya mengenai fenomena ini dalam www.huffingtonpost.com. Menurut dia, kasus ini dalam ilmu psikologi sosial dapat dijelaskan dalam teori atribusi kausal. Hal ini terjadi ketika atribusi seseorang atau kelompok dikaitkan dengan suatu penyebab tertentu.
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak. Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution) dan atribusi pada orang lain.
Sarkis menjelaskan, ketika ada kasus kematian tragis seorang tokoh terkenal, masyarakat cenderung mencari alasan mengapa hal itu terjadi. Mereka akan mencoba memahaminya dan, ketika gagal, lalu akan mencari cara bagaimana agar alasannya masuk akal.
"Pada saat seorang musisi terkenal mati muda, kita mencoba untuk menemukan benang merah untuk memahami semuanya. Jadi munculah istilah 'Kutukan 27'," ungkap Sarkis.
Menurutnya, mencari alasan atau penyebab suatu peristiwa yang telah terjadi, seperti juga pada "Kutukan 27", merupakan bentuk dari perlindungan diri.
"Jika Anda harus melewati hari dengan ingatan bahwa suatu peristiwa tragis telah terjadi, akan masuk akal bila Anda menghubungkan alasan atau pernyebab peristiwa tersebut. Hal itu akan membantu Anda menjadi nyaman melawati hari demi hari. Terkadang, kita tidak siap untuk menantang atribusi-atribusi tersebut, mungkin tidak sekarang atau mungkin tidak pernah," papar Sarkis.
Mencari kausalitas, lanjut Sarkis, dapat membantu memberikan manusia suatu konteks serta kemampuan memprediksi kehidupan. Membuat hubungan sebab-akibat, apakah itu baik atau buruk adalah bagian dari hidup manusia.
Terlepas dari apakah "Kutukan 27" itu ada atau tidak, ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan:
- Sebagian besar musisi terkenal, banyak dari mereka mengaku memakai narkoba di masa lalu, pernah hidup dengan baik di masa hidupnya selama 27 tahun.
- Musisi cenderung menjadi sangat terkenal di usia-usia awal kehidupannya. Risiko seorang pemusik terkenal mengalami mati muda mungkin secara alami meningkat hanya karena musisi terkenal cenderung berusia muda.
- Semua musisi yang disebut di atas memiliki riwayat narkoba. Joplin, Morrison, dan Hendrix (dan mungkin Winehouse) baik secara langsung maupun tidak langsung meninggal sebagai akibat menggunakan narkoba. Penggunaan narkoba sangat berisiko mengalami masalah kesehatan, seperti kematian, terlepas dari apakah ia seorang musisi atau bukan.
- Ada kemungkinan, di akhir usia 20-an, penggunaan narkoba mulai mengalami penyesuaian tubuh. Orang-orang yang menggunakan narkoba sejak usia belasan dan awal 20-an mulai mengalami toleransi obat. Mereka butuh banyak obat untuk menghasilkan efek yang sama sehingga berisiko mengalami overdosis.
- Musisi terkenal cenderung melakukan hal-hal yang tak dilakukan kebanyakan orang. Contohnya, musisi terkenal cenderung terbang dengan pesawat berukuran lebih kecil. Beberapa musisi terkenal, dari berbagai usia, meninggal dalam kecelakaan pesawat kecil.
- Ada sejumlah musisi yang meninggal di usia 21, tetapi tidak ada istilah "Kutukan 21". Orang bisa berargumen bahwa mereka tak setenar musisi disebut di atas. Kematian orang terkenal (terutama yang tak terduga) cenderung lebih berkesan. Oleh karena itu, kita mencoba lebih keras untuk menemukan alasan mengapa hal itu terjadi.
Atribusi kausal membantu seseorang merasa lebih baik dengan memberikan prediktabilitas untuk dunia yang serba tidak menentu. Namun, atribusi tidak selalu sepenuhnya akurat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.