Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir dari Petualangan Si Bocah Penyihir

Kompas.com - 01/08/2011, 15:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekspektasi itu akhirnya terlampaui. Jutaan penonton  di dunia rela mengantri demi menyaksikan pertarungan terakhir si bocah penyihir Harry Potter. Sejak tahun 2007 silam, novel karya JK Rowling yang memuat kisah akhir dari perjalanan bocah cilik penyihir sakti Harry Potter menemui titik terakhir. Namun, visualisasi dari novel itu baru muncul di tahun 2011 ini lewat Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2: It All Ends.

Sutradara David Yates menyuguhkannya begitu apik. Semua babak akhir yang sangat dinanti.  Kepada LA Times, Yates pernah menegaskan bahwa salah satu tekanan terberat dari pembuatan film tersebut adalah bagaimana mengakhiri visualisasi penggarapan film agar memuaskan penggambaran imajinasi penonton.

"Memang krusial untuk mengakhiri sepuluh tahun dari penceritaan (Harry Potter sebagaimana dalam novelnya) dalam sesuatu yang istimewa, benar-benar mendukung, dan sangat memuaskan. Ya, itu memang salah satu tekanan terbesar," jelasnya dalam sebuah wawancara.

Yates mengaku tidak terlalu ambil pusing dengan bagaimana reaksi penonton terhadap filmnya tersebut nantinya. Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana fokus dan menganggap tantangan terberat justru pada proses produksi yang memakan waktu sekitar 225 hari.

Asal tahu saja, film Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2: It All Ends digarap bersamaan menjadi satu produksi dengan film pendahulunya Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1. Proses shooting keduanya dimulai sekitar Febuari 2009 dan berakhir di Juni 2010 dengan pengambilan ulang di Desember 2010. "225 hari merupakan shooting panjang yang berat. Kamu harus bekerja setiap hari, menjaga agar setiap orang tetap segar, dinamis,  termasuk terhadap diri saya sendiri," ujar Yates. "Ya, ini bagian paling sulit. Kita juga shooting saat musim dingin. Seperti diketahui, shooting di musim dingin di Inggris, salju, hujan, ya, itu sangat dingin dan nggak nyaman. Membuat orang tetap bersemangat, itu yang paling sulit," jelas Yates lagi.

Hasilnya? Tak diragukan lagi. Akhir dari kisah Potter menjadi sebuah tontonan yang ciamik. Yates berhasil menggambarkan hampir setiap detail akhir kisah Harry Potter dan dunia sihirnya seperti tertulis dalam 13 chapter terakhir di novelnya.

Ia juga mampu menghidupkan fantasi bagi pengagum novel Harry Potter yang tak kalah menyihir publik dunia.  Sepanjang film, akan banyak ditemui peperangan yang  ditabur di sana-sini, dan tentunya klimaks dari perseteruan abadi antara Lord Voldemort--sang pangeran kegelapan bernama asli Tom Marvolo Riddle, manusia ambisius terjahat yang haus akan kekuasaan dan keabadian dalam dunia sihir dengan si bocah Harry Potter, seorang anak manusia yang ditugasi menopang tugas suci menyelematkan dunia sihir dari kekejaman Voldemort.

Aroma kegelapan, kesuraman dan kengerian bercampur menjadi satu, dilengkapi makhluk-makhluk aneh semacam goblin, raksasa, pasukan dari batu, hantu, laba-laba, manusia kerdil, sampai hewan aneh menyerupai dinosaurus berwarna putih yang sanggup terbang.

Potter mengemban tugas suci itu, yakni mengakhiri kekejaman Voldemort setelah sebelumnya memecahkan teka-teki siapa sosok pria berhidung hancur itu. Salah satu cara menguak teka-teki besar itu adalah dengan menghancurkan jiwa-jiwa dari Voldemort satu per satu yang tersimpan dalam horcrux. Voldemort diyakini oleh Albus Dumbledore--Kepala Sekolah Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, telah tewas--sebagai satu-satunya penyihir yang masih memiliki horcrux.

Sepenerawangan Potter ada sekitar tiga horcrux tersisa yang harus dihancurkan, Nagini (ular yang selalu bersama Voldemort), Rowena Ravenclaw's Diadem (sebuah mahkota yang ternyata tersembunyi di salah satu ruangan sekolah Hogwarts), dan Helga Hufflepuff's Cup (piala tersimpan di bank Gringotts).

Dalam menjalankan misinya, Potter selalu ditemani dua sahabatnya, Hermione dan Ron. Misi pertama, ketiganya adalah meminta bantuan seorang pekerja bank Gringotts bernama Griphook untuk mencuri Helga Hufflepuff's Cup dari ruangan penyimpanan penyihir Bellatrix. Marahlah si Voldemort, diperintahkannya mengawasi kedatangan Potter dan gengnya karena Voldemort merasa horcrux selanjutnya yang berada di sekolah Hogwarts akan menjadi incaran.

Benar saja, kedatangan ketiga sahabat itu ke dunia sihir lagi langsung disambut pencarian mereka oleh penduduk sekitar. Untungnya, mereka berhasil diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore (adik Dumbledore), dan dibawa seorang hantu yang telah menjadi hantu lewat sebuah cermin langsung menuju ke sekolah Hogwarts.

Di sana, mereka disambut Severus Snape, pengganti kepala sekolah Hogwarts pasca kematian Dumbledore, yang sudah dianggap sebagai tangan kanan Voldemort, untuk menangkap Potter. Sayang, rencana Snape gagal karena seluruh profesor dan murid Hogwarts di bawah koordinasi profesor Minerva McGonagall bekerjasama melindungi Potter dan justru balik mengusir Snape secara tidak langsung.

Meski ditakut-takuti Voldemort melalui bisikan akan menghancurkan Hogwarts seandainya tidak menyerahkan Potter saat itu juga, di bawah bimbingan McGonagall, seluruh pengisi sekolah serempak memilih melindungi Potter. Kemudian, dengan sihir hebatnya yang ditembakkan ke langit, seluruh profesor bersama-sama membuat suatu lapisan pelindung di sekitaran area Hogwarts berbentuk kubah transparan.

Patung batu dihidupkan, guna menjadi pasukan pelindung perbatasan. Sementara itu, Potter mencari dan menghancurkan Rowena Ravenclaw's Diadem dan dua teman trio lainnya menghancurkan Helga Hufflepuff's Cup.

Potter dan dua temannya kemudian menyusul Snape yang menemui Voldemort di rumah perahu, sementara perang besar sedang terjadi antara Hogwarts dan pasukan Voldemort. Hanya menguping, Potter mengetahui keinginan Voldemort menguasai tongkat sihir tersakti, tongkat elder, yang hanya dapat dikuasai oleh orang yang telah membunuh pemilik sebelumnya. Pemilik terakhir itu rtak lain Dumbledore.

Voldemort mempunyai informasi bahwa pembunuh Dumbledore adalah Snape, sehingga dibunuhlah Snape  oleh tangan Nagini. Jelang kematian, Snape meminta Potter untuk mengumpulkan air matanya dan mengiyakan bahwa mata Potter mirip sang ibu, Lily Potter. Mendengarnya, Potter hanya berkerenyit tak mengerti.

Banyak teka-teki kehidupan Potter dan dunia sihir terpecahkan dalam film ini. Melalui air mata Snape yang telah diterawang, Potter mengerti bahwa dirinya merupakan salah satu horcrux Voldemort.

Dulu, Snape rupanya jatuh hati dengan ibunya, namun gagal memilikinya dan bersumpah akan selamanya menjaga rasa cintanya yang tulus tersebut selamanya. Potter dibawa Snape ke sekolah Hogwarts dan dibesarkannya, mendapatkan cinta kasih dari semua teman-teman dan profesornya, meskipun anak yang satu ini terkesan arogan, mirip Voldemort.

Termasuk rasa sayang Snape kepada Potter yang semakin tergali manakala anak tersebut mengingatkan dirinya pada Lily, perempuan taksirannya seumur hidup, lewat dua buah bola matanya. Akhrinya, Potter menyerahkan diri kepada Voldemort, dan dibunuh. Di alam bawah sadar, Potter bertemu dengan Voldemort, bertanya banyak hal pada dia, tentang Voldemort, Snape sang pemberani yang tulus, sampai perbincangan mereka apakah riil atau imajinasi.

Misteri kematian Dumbledore juga tersingkap, yang ternyata meskipun minta dibunuh oleh Snape, sudah terlebih dahulu dibunuh oleh Draco Malfoy. Potter dalam keadaan setengah sadar diperiksa oleh Narcissa Malfoy, ibu Draco. Ia pun sepakat untuk berpura-pura mengatakan bahwa Potter telah mati. Voldemort yang menjadi girang lantas mengumumkannya di depan para akademisi Hogwarts dan membujuk mereka supaya bergabung dalam kelompoknya. 

Selesai? Sebuah sesi terakhir mempertegas pesan moral yang ingin disampaikan. 19 tahun kemudian, Potter telah beristrikan Ginevra Molly "Ginny" dan memiliki anak pria bernama Albus Severus Potter. Saat itu Albus Severus takut jika seandainya masuk departemen Slytherin, salah satu dari empat departemen di sekolah Hogwarts yang mewakili sifat licik dan ambisi.

Slytherin mendapat reputasi melahirkan para penyihir hitam. Namun, dengan tegas, Potter menjelaskannya dengan mengungkap asal-usul nama Albus Severus. Sebagaimana dijelaskan, Albus merupakan nama sosok paling bijaksana sedangkan Severus sebagai sosok paling pemberani yang pernah dikenal oleh Potter, keduanya berasal dari departemen berbeda yang sama-sama pernah menjadi kepala sekolah Hogwarts. Tak ada masalah ditempatkan dimanapun, asalkan ada kemauan dan ketulusan. Sebuah pencapaian yang sempurna. Ya, distributor film Warner Bros yang memproduksi serial Harry Potter, mengumumkan bahwa hari Minggu (31/7/2011) kemarin, film Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 berhasil meraup pendapatan melebihi 1 miliar dollar AS. 

Pendapatan dari film tersebut bahkan diharapkan segera melewati pencapaian yang sudah diraih oleh film Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides, yang merupakan film terlaris tahun ini dengan pendapatan  1,03 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau