Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumpeng Sambut "Lailatul Qadar"

Kompas.com - 25/08/2011, 02:40 WIB

BLITAR, KOMPAS.com--Ratusan warga Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menggelar kegiatan tumpengan bersama menyambut "lailatul qadar" atau malam 1.000 bulan di balai desa setempat.

Mustain, salah seorang tokoh agama desa setempat, Rabu mengemukakan, kegiatan itu memang rutin dilakukan masyarakat di daerahnya.

Dengan membawa tumpeng, mereka berharap, makanan yang disedikan itu membawa berkah. "Ini bagian dari sedekah, memang sengaja dilakukan di malam ganjil. Kami hanya berharap berkah," katanya menambahkan.

Kegiatan itu diikuti oleh seluruh warga di desa. Mereka membawa tumpeng yang isinya makanan berupa nasi lengkap dengan lauknya. Seluruh tumpeng yang dibawa dikumpulkan menjadi satu di balai desa setempat.

Mustain menyebut, di daerahnya tradisi ini sering disebut dengan nama "udunan" yang dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan menurun.

Kegiatan ini sebagai bagian tradisi yang selalu dilakukan tiap tahun pada 10 hari terakhir, terutama malam ganjil, yang dipercaya sebagai malam 1.000 bulan. "Tradisi ini sudah berlangsung tiap tahun. Kegiatan ini juga sebagai ajang silaturrahim di antara warga," katanya.

Selain tradisi menggelar tumpengan bersama, Mustain mengatakan warga juga rutin mengadakan kegiatan pengajian bersama, terutama saat malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Beberapa kegiatan lain yang juga dilakukan antara lain tadarus Al Quran, melakukan shalat sunnah, dan beberapa amalan-amalan lain.

Umat Muslim percaya, malam "lailatul qadar" adalah malam yang sangat dinantikan saat Ramadhan, karena setiap amalan akan digandakan pahalanya berlipat ganda oleh Allah SWT.

Muhani, salah seorang warga setempat mengaku cukup senang dengan kegiatan ini.

Ia bisa bertemu dengan para tetangganya, untuk lebih memperkuat jalinan silaturahmi. "Kegiatan ini diikuti satu desa, dan tidak tiap hari kami bisa saling menyapa. Untuk itu, kami akan terus lestarikan acara ini, sambil berharap berkah dari malam ’lailatul qadar’," kata Muhani.

Warga memang tidak langsung makan di lokasi kantor desa itu, karena masih belum waktunya buka. Mereka membawa tumpeng itu pulang ke rumah masingt-masing untuk dimakan dengan keluarga.

Walaupun begitu, beberapa warga memang masih ada yang tetap bertahan di balai desa, menunggu berbuka puasa. Mereka merasa, makan dengan banyak orang, terlebih saat berbuka puasa akan lebih nikmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com