Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemikat Blitar Tak Cuma Makam Bung Karno

Kompas.com - 26/08/2011, 21:43 WIB

Oleh: Agnes Swetta Pandia

BEGITU menginjakkan kaki di Kota Blitar, Jawa Timur, tujuan utama adalah kompleks makam presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, di Jalan Slamet Riyadi. Makam yang dipugar sejak 2001 dan diresmikan sembilan tahun kemudian itu kini lebih terbuka bagi masyarakat umum.

Sosok Bung Karno sebagai sang proklamator sudah tentu tak akan hilang dari ingatan warga negeri tercinta ini. Bung Karno wafat pada Minggu, 21 Juni 1970, di Jakarta. Ia dimakamkan di Kota Blitar, berdampingan dengan makam kedua orangtuanya, Raden Mas Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rei.

Setiap hari, kata Ibnu Sokib, petugas di makam Bung Karno, tidak kurang dari 1.500 peziarah datang ke kompleks makam yang luasnya lebih dari 1,8 hektar itu. Mereka datang dari berbagai kota di Nusantara, bahkan mancanegara. Apalagi, kini kompleks makam dilengkapi perpustakaan dan museum yang terbuka untuk umum dengan ikon patung Bung Karno duduk di kursi.

Museum dan perpustakaan ini memiliki berbagai koleksi buku dan barang peninggalan Soekarno. Pengunjung pun bisa lebih banyak memperoleh informasi tentang segala sesuatu berkaitan dengan sepak terjang perjuangan Bung Karno.

Di kompleks itu juga terdapat bangunan berbentuk joglo, ciri khas bangunan masyarakat Jawa, dengan sebutan Cungkup Astana Mulyo, tempat jasad Bung Karno bersama kedua orangtuanya dimakamkan.

Dengan nisan dari batu pualam besar berwarna hitam, makam Bung Karno tampak anggun, berkarisma, dan penuh wibawa. Pada batu nisan tertulis. "...Di sini dimakamkan Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia... Penyambung Lidah Rakyat Indonesia....".

Kompleks ini juga dilengkapi dengan fasilitas musala dan pendapa paseban sebagai tempat pengunjung beristirahat. Area yang luas memungkinkan pengunjung bersantai sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Kompleks makam ini setiap hari dibuka dari pukul 08.000 hingga pukul 17.00. Setelah ziarah, pengunjung dapat berbelanja aneka suvenir ciri khas Kota Blitar.

Biasanya, kata Ibnu, seusai berziarah, turis bertandang ke Istana Gebang di Jalan Sultan Agung. Sayangnya, sejak 1 April 2011 lalu, gedung bekas kediaman Bung Karno beserta kedua orangtuanya itu ditutup karena ada konflik keluarga. Meski sepi pelancong, kawasan istana tetap dirawat oleh Agus, orang yang mengurus kawasan tersebut. Turis bebas masuk ke halaman, tetapi tidak bisa ke dalam istana yang berisi barang-barang peninggalan keluarga Bung Karno karena dikunci.

Setelah menjalani wisata sejarah dengan ziarah ke makam Bung Karno dan Istana Gebang, perjalanan wisata bisa dilanjutkan ke Candi Penataran. Candi ini berlokasi di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, sekitar 12 kilometer dari Kota Blitar.

Banyak Candi

Jarak tempuh dari Kota Blitar ke lokasi candi lebih kurang 30 menit menggunakan kendaraan bermotor dengan kondisi jalan relatif mulus dan lebar hingga di depan kompleks candi. Blitar penting artinya bagi kegiatan keagamaan, terutama Hindu, pada masa lalu. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran 12 candi yang tersebar di seantero kota ini.

Adapun candi yang paling terkenal adalah Candi Penataran. Dahulu candi ini merupakan candi negara atau candi utama kerajaan. Pembangunannya dimulai ketika Raja Kertajaya mempersembahkan Sima untuk memuja Sire Paduka Bhatara Palah pada tahun Saka 1119 atau 1197 Masehi.

Kompleks Candi Penataran yang rutin digunakan sebagai Purnama Seruling itu pertama kali dilaporkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java. Disebutkan, bahwa pada 1815 Dr Horsfield menemukan reruntuhan candi Hindu di Penataran.

Dari sisa-sisa struktur dan artefak di kompleks candi, ada beberapa bangunan yang pendiriannya dilakukan serentak. Diperkirakan kompleks candi dibangun pada abad XII Masehi sampai abad XV Masehi, sekitar 250 tahun lalu.

Sejarah adalah masa lalu, masa kini adalah waktu yang harus dijalani, dan masa depan adalah misteri. Sejatinya ketiga masa tersebut merupakan satu kesatuan, terhubung dan memengaruhi satu sama lain.

Didik Prihadmadi, penjaga candi, menuturkan, peninggalan purbakala di Blitar memberikan gambaran nyata, betapa kaya warisan budaya bangsa Indonesia yang harus digali dan dijaga, seperti Candi Penataran.

Candi Penataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya kompleks percandian terluas di kawasan Jawa Timur. Lokasi bangunan candi ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut.

Memasuki area candi berukuran 180 meter x 130 meter itu, di pintu utama, pengunjung akan disambut dua arca penjaga pintu atau disebut dengan Dwaraphala. Di kalangan masyarakat Blitar, arca ini terkenal dengan sebutan Mba Bodo.

Arca penjaga ini agak menyeramkan bukan karena ukurannya yang besar, melainkan karena wajahnya menakutkan atau demonis. Pahatan angka yang tertera pada arca tertulis dalam huruf Jawa kuno tahun 1242 Saka (tahun 1320 Masehi). Di sebelah timur arca ini terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.

Setelah Candi Penantaran, perjalanan bisa dilanjutkan ke Candi Kalicilik di Dusun Kalicilik, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Lokasi candi peninggalan Kerajaan Singosari untuk pendarmaan pada Ken Arok itu mudah dijangkau dari Blitar atau Kediri.

Bentuk bangunan Candi Kalicilik menunjukkan gaya arsitektur dari era Kerajaan Singosari. Bangunan candi terbuat dari bata merah bujur sangkar dengan ukuran 6,8 meter x 6,8 meter dan tinggi 8,3 sentimeter. Candi terdiri atas tiga bagian, yaitu candi, tubuh candi, dan atap candi.

Pintu candinya menghadap ke arah barat dan di atasnya terdapat hiasan kala. Pada sisi utara, timur, dan selatan terdapat relung-relung berhiaskan kala pada bagian atasnya.

Bilik candi kosong dan pada dindingnya terdapat relief Dewa Surya yang dikelilingi sinar matahari. Relief ini, menurat Mariyat (50), penjaga candi, merupakan relief Surya Majapahit, yakni simbol dari masa Kerajaan Majapahit. Bagian puncak candi ini kini telah hilang, sedangkan bagian kaki telah direnovasi pada tahun 1993.

Ada beberapa tempat wisata sejarah yang bisa dikunjungi, saat menginjakkan kaki di bumi Blitar, seperti Candi Mleri di Desa Bagelemen, Kecamatan Ponggok; Arca Ganesha, Desa Tulis Kriyo, Kecamatan Sanankulon; Candi Slimping, Desa Sumber Jati, Kecamatan Kademangan; Candi Sawentar, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro; dan Candi Kotes, Desa Kotes, Kecamatan Gandusari.

Tak cukup dua atau tiga hari untuk bisa menapak tilas mengunjungi Prasasti Munggut di Desa Wlingi, Kecamatan Wlingi; Candi Plumbangan, Desa Plumbangan, Kecamatan Doko; Candi Tepas, Desa Tepas, Kecamatan Kesamben; Candi Watu Tumpuk, Desa Tampakrejo, Kecamatan Kesamben; Gong Kyai Desa Pradah, Kecamatan Sutojajar; Candi Bacem, Kecamatan Bakung; dan Monumen Trisula, Desa Bakung, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar.

Semua lokasi candi mudah dijangkau. Pengunjung bisa menginap di Malang, Blitar, atau Kediri. Jadi, tinggal memilih lokasi aman yang menjadi tujuan selama berada di Jawa Timur. Selamat berwisata!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com