Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemui Momok Hutan Jelatang

Kompas.com - 15/09/2011, 09:15 WIB

Pendakian Gunung Tambora (bagian 2)

KOMPAS.com - Pos dua terletak di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut dengan karakter vegetasi hutan tropis yang sangat lebat. Hutan ini masih beruntung belum terjamah, berbeda dengan hutan di ketinggian 700-900 meter, dulunya dijamah oleh keberadaan hak pengusahaan hutan.

Saat pagi menjelang sarapan, saya dan beberapa anggota tim menyempatkan merekam vegetasi tersebut. Dulu, letusan 1815 tercatat benar-benar menghancurkan. Di ketinggian ini, tidak ada satu pun vegetasi yang bertahan. Sekarang, betapa suburnya bagian barat laut Gunung Tambora paca-letusan dahsyat 200 tahun silam.

Saya mencoba membayangkan seberapa lama suksesi vegetasi di lereng gunung ini hingga terbentuk hutan yang lebat dengan pohon-pohon yang berdiameter besar. Pohon besar yang berada di samping tenda kami pun, paling tidak sudah berusia lebih dari 100 tahun yang jika ditebang atau dihantam letusan bisa hilang dalam sekejap.

Hutan lebat masih menjadi pemandangan ketika tim melanjutkan perjalanan menuju pos tiga, Selasa, 21 Juni 2011. Kontur rata-rata mulai mendaki dan membuat langkah menjadi perlahan. Perjalanan pendakian terbilang cukup lambat karena tim tidak sekedar berjalan menambah ketinggian tapi sering berhenti untuk mendokumentasikan ragam vegetasi yang ada di sepanjang jalur.

Rute menuju pos tiga terbilang cukup panjang. Sekitar empat jam berjalan perlahan lalu bertemu tumbuhan alang-alang di jalur, menandai ujung perjalanan tiba di pos tiga. Di pos ini terdapat bangunan kayu atau gubuk panggung tempat beristirahat. Para pendaki umumnya melakukan summit attack dari titik ini pada dini hari. Tapi tim memilih titik yang berbeda dan di pos ini hanya untuk singgah beristirahat.

Area kosong di pos ini sangat luas dan bisa menampung hingga 15 tenda. Pohon-pohon di sekitar juga tidak serapat di pos sebelumnya. Di bagian selatan tidak jauh dari pos terdapat mata air yang jernih. Tim memilih beristirahat siang agak lama di pos ini untuk makan siang.

Terjebak

Udara di ketinggian gunung mulai terasa dingin. Lumut-lumut hijau menyelimuti batang cemara yang mengeluarkan bunyi khas tertiup angin. Sekitar pukul 14.00, tim melanjutkan perjalanan dan saya memilih berada di depan. Beberapa porter memilih jalan lebih dulu menuju pos empat.

Bagi semua anggota tim ekspedisi, perjalanan selama ini bisa dilibas lancar tanpa kendala berarti. Namun ketika di tengah perjalanan menuju pos empat, saat saya dan ketua tim Ahmad Arif ingin memotret dengan meniti pohon besar yang rebah menghubungkan jurang kecil, pinggang hingga betis kami terasa sangat sakit tersengat sesuatu dan tanpa sadar kita terjebak di semak jelatang.

Rupanya inilah area jelatang yang menjadi momok para pendaki. Kami tidak sadar terjebak karena jenis jelatang yang kita identifikasi di kaki gunung adalah jelatang jenis batang, berbeda dengan jelatang di sini. Saat tertusuk duri-duri jelatang yang kecil tidak terlihat, seketika itu juga sakit luar biasa langsung terasa. Syukur, sakit hebat hanya dirasakan selama 15 - 30 menit. Berbeda dengan jenis jelatang di kaki gunung yang menurut warga setempat sakitnya bisa berminggu-minggu lamanya dan bisa membawa kematian.

Insiden tadi menjadi pengantar insiden berikutnya. Jalur yang kita lewati menuju pos empat merupakan hamparan kebun jelatang yang sangat luas dengan tinggi rata-rata satu meter bahkan lebih karena sifatnya merambat. Tidak jarang kita harus berjalan dengan membungkuk sangat rendah menyusuri lorong rambatan jelatang. Anggota tim ekspedisi tidak bisa lagi menghindar dari tumbuhan ini, semuanya merasakan!

Bagaimana dengan para pendaki yang melakukan summit attack pada malam hari dan melalui hutan jelatang ini? Bisa dipastikan merasakan gatal dan harus menahan sakit. Tentu perjalanan malam menuntut kewaspadaan ekstra agar tidak terperosok dalam hamparan jelatang.

Sekitar 1,5 jam lamanya melintasi hutan jelatang, tim tiba di pos empat. Pohon-pohon di pos ini cukup besar dengan hamparan jelatang di bawahnya. Tim memilih area yang aman untuk duduk sebentar lalu melanjutkan menju pos lima.

Tumbuhan jelatang masih dijumpai saat perjalanan menuju pos lima tapi tidak sebanyak pos sebelumnya. Pemandangan mulai redup dan jalur yang kita lalui adalah vegetasi terbuka. Di horizon hanya terlihat matahari mulai turun dan hamparan awan menutupi lereng gunung. Petang itu tim ekspedisi tiba di pos lima, yaitu titik untuk melakukan summit attack di pagi buta. Bersambung

Foto lengkap di: KOMPAS IMAGES

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau