Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Addie-Andi Kolaborasi Lewat Buku

Kompas.com - 25/11/2011, 14:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Bekerjasama dalam bentuk kolaborasi musik orkestra di atas pentas antara Music Director Twilite Orchestra (TO), Addie MS dan Music Director Magenta Orchestra, Andi Rianto, mungkin sudah biasa. Tapi kali ini, keduanya kembali menghadirkan kolaborasi dengan menghadirkan pemikiran mereka ke dalam buku Simfoni Untuk Negeri

"Buku ini bukan yang pertama, kami pernah mengeluarkannya tahun 2004. Kami enggak boleh berhenti sampai di sini. Di sini dituliskan apa yang kami inginkan, yang tercapai dan tidak tercapai," kata Addie saat peluncuran buku Simfoni Untuk Negeri  di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (24/11/ 2011).

Simfoni Untuk Negeri tak melulu mengupas musik yang dimainkan Twilite Orchestra dan Magenta Orchestra. "Bedanya di buku pertama lebih ke Twilite, kalau yang ini enggak melulu Twilite, tapi juga ada Magenta," jelas Addie.

"Memang buku ini adalah buku mengenai perjalanan musik Twilite dan Magenta. Jadi saya sama Mas Addie di sini jadi narasumber, ditulis oleh Akmal Nasery Basral," timpal Andi. Pengulasan warna musik pun ikut dibedah. Misalnya, musik Twilite Orchestra dan Magenta Orchestra punya perbedaan paling mendasar.

"Twilite jelas beda dengan Magenta. Masing-masing punya penggemar sendiri. Magenta lebih ke musik pop, kalau Twilite lebih ke klasik, drama musikal. Twilite juga lebih simfonik," urai Addie.

Lebih lanjut, buku setebal 186 halaman berwarna dan terdiri dari 10 bab yang dipersiapkan selama setahun ini memberikan edukasi dan pemahaman mengenai musik orkestra yang selama ini dianggap terlalu berat untuk dinikmati.

"Musik orkestra itu bukan untuk orang-orang eksklusif ya. Di sosial media banyak komentar kalau musik anak muda dibalut orkestra itu bagus," jelas Andi.

Menurut Addie, penerbitan sebuah buku tentang perjalanan sebuah kelompok musik orkestra sangat penting sekali. "Karena pencatatan perjalanan karier sebuah kelompok orkestra, sangat jarang di Indonesia. Atas alasan itulah, tradisi mencatat yang dituangkan dalam bentuk buku," ujar Addie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau