Djenar Maesa Ayu dan Putra Agum Gumelar Jadi Juri FFI 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — Perubahan dilakukan oleh penyelenggara Festival Film Indonesia 2011 atau FFI 2011 tidak "hanya" pada penerapan sistem penjurian, tetapi juga dengan mengganti representasi para juri.

"Sistem yang lebih baik memang penting, tetapi membicarakan FFI sebagai ajang evaluasi kreativitas dan estetika film Indonesia satu tahun terakhir, yang hasilnya dianggap sebagai benchmark (patokan) kreativitas dan estetika film kita pada masanya, representasi juri juga sama pentingnya. Pertanyaannya kan, ini benchmark-nya siapa?" kata Ketua Penjurian Film Bioskop Totot Indrarto, dalam jumpa pers FFI di Plaza FX, Jakarta, Rabu (30/11/2011).

Totot melihat motor penggerak utama kreativitas dan estetika film Indonesia saat ini didominasi oleh pekerja dan penggiat film generasi baru pasca-(film) Kuldesak (1997). "Sudah saatnya kita serahkan evaluasi dan penentuan benchmark itu kepada mereka. Karena itu, dalam FFI 2011, penjurian kami percayakan kepada generasi baru tersebut, di tingkat seleksi oleh Komite Nominasi, dan terutama penentuan pemenang oleh Dewan Juri. Ini pelajaran yang diambil dari FFI sebelum memuncak pada 2010," ungkap Totot.

Atas berbagai pertimbangan, Totot akhirnya merangkul para juri muda. "Nanti akan ada juri-juri muda yang akan saya perkenalkan. Mereka adalah generasi baru pasca-Kuldesak. Sebagian besar adalah dari kelompok yang sebagian mengembalikan Piala Citra. Ada Hikmat Darmawan (ketua merangkap anggota), Agung Sentausa, Djenar Maesa Ayu, Hilmar Farid, Mouly Surya, Nirwan A Arsuka, dan Zeke Khaseli (sineas sekaligus pemusik, putra Agum Gumelar)," papar Totot.