Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sang Penari" Terbaik FFI

Kompas.com - 12/12/2011, 05:00 WIB

Jakarta, Kompas - Sang Penari dinobatkan menjadi Film Terbaik Festival Film Indonesia 2011. Film tersebut menyisihkan empat film unggulan lainnya, yakni Masih Bukan Cinta Biasa, ? (Tanda Tanya), Tendangan dari Langit, dan The Mirror Never Lies.

Film produksi bersama Kompas Gramedia Production, Indika Pictures, Les Petites Lumieres, dan Lynx Films itu berkisah tentang seorang ronggeng di Dukuh Paruk pada pergolakan politik pertengahan 1960-an. Film diadaptasi dari trilogi novel karya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk.

Selain menjadi film terbaik, Sang Penari juga menyabet tiga Piala Citra lain, yakni untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik oleh Prisia Nasution. Ia menyisihkan Dinda Hauw (Surat Kecil untuk Tuhan), Fanny Fabriana (True Love), Gita Novalista (The Mirror Never Lies), dan Salma Paramitha (Rindu Purnama). Dua Piala Citra lain dari Sutradara Terbaik oleh Ifa Isfansyah dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik oleh Dewi Irawan.

”Setelah 28 tahun menunggu, akhirnya memperoleh Piala Citra,” ujar Dewi yang jadi calon penerima Citra tahun 1983.

Pemeran Utama Pria Terbaik direbut Emir Mahira (Rumah Tanpa Jendela), menyisihkan Alex Komang (Surat Kecil untuk Tuhan), Oka Antara (Sang Penari), Tio Pakusadewo (Tebus), dan Ferdy Tahier (Masih Bukan Cinta Biasa).

Demikian hasil FFI 2011, Sabtu (10/11) malam, di tengah hujan deras. Bangku di area penonton di Jakarta International Expo Kemayoran itu hanya terisi setengah.

Secara keseluruhan, Sang Penari menyabet empat Piala Citra. Pesaing Sang Penari, yakni The Mirror Never Lies dan Masih Bukan Cinta Biasa, menyabet dua Piala Citra. The Mirror menyabet Piala Citra untuk Penulis Cerita Asli Terbaik dan Penata Musik Terbaik, sedangkan Masih Bukan Cinta Biasa menyabet Penata Suara Terbaik dan Penulis Skenario Terbaik.

Budi Irawanto, peneliti dan pengamat film dari Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, menyatakan, FFI sekarang coba mendekatkan film dengan penonton dengan memutar film di kampus atau klub film.

Ia menyoroti kekurangan FFI. Selain menerima pendaftaran film, panitia seharusnya proaktif ”jemput bola” mencari film-film berkualitas di Indonesia.

Tahun ini FFI memberi penghargaan Pengabdian Seumur Hidup kepada JB Kristanto, mantan wartawan Kompas yang mendokumentasikan data film Indonesia. (BSW/IND)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com