Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Michelle Obama Lelah Dituduh Perempuan Pemarah

Kompas.com - 12/01/2012, 02:24 WIB
Pieter P Gero

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com First Lady Amerika Serikat, Michelle Obama, menampik pernyataan yang menggambarkan dirinya suka memaksakan kehendak kepada para staf pembantu suaminya, Presiden Barrack Obama, di Gedung Putih.

Michelle menikah dengan Obama pada Oktober 1992 dan kini menjadi ibu dari Malia Ann (1998) dan Natasha atau Sasha (2001). Ia juga mengaku lelah digambarkan sebagai "perempuan yang pemarah".

kepada jaringan televisi CBS News sebagaimana dikutip AP, Rabu (11/1/2012), Michelle menyatakan belum membaca buku baru karya wartawan New York Times, Jodi Kantor. Jodi di bukunya menggambarkan karakter Michelle sebagai orang yang memaksakan kehendaknya di balik Executive Mansion, kelompok penasihat Gedung Putih.

Acap kali, Michelle menimbulkan konflik dengan para penasihat utama Presiden Obama. Perempuan dengan tinggi 180 meter yang lahir dengan nama Michelle LaVaughn Robinson pada 17 Januari 1964 di Chicago ini menegaskan, dia sangat serius memerhatikan suaminya dan salah satu orang kepercayaannya. Michelle mengaku tidak pernah membaca buku yang menulis soal "kesan orang lain menyangkut orang lain".

Ditanya soal adanya tuduhan bahwa dia pernah berselisih paham dengan Kepala Kastaf Gedung Putih Rahm Emanuel, Michelle menegaskan, dia tidak pernah "berdebat sekali pun" dengan Rahm.

Menengah bawah

Michelle lahir dan tumbuh dalam keluarga menengah bawah. Ayahnya, Frasier Robinson, adalah pegawai PAM di Chicago. Ibunya, Marian, bekerja sebagai sekretaris di toko katalog setelah anak-anaknya besar.

Michelle dan kakaknya, Craig, hidup dalam keluarga yang hangat. Sentuhan dan kecupan sayang orangtuanya begitu berkesan. Ayahnya sakit-sakitan dan meninggal dunia tahun 1991. Namun, ayahnya tak pernah bolos kerja.

Mentor Obama

Michelle kuliah di Princeton dan Harvard Law School (1988) kemudian lulus dengan predikat sangat memuaskan. Untuk memperbaiki ekonomi keluarga, Michelle langsung bergabung di Kantor Hukum Sidley Austin di Chicago.

Di kantor hukum itu, Michelle yang menjadi karyawan senior harus menjadi mentor karyawan baru bernama Barack Obama. Michelle, yang tegas dan prinsipiil, menolak ketika anak mentornya itu mengajak kencan. Michelle menolak karena tak etis berkencan dengan sesama karyawan.

"Saya harus bisa meluluhkan hatinya," tulis Obama dalam bukunya, The Audacity of Hope.

Michelle akhirnya mau menemani Obama saat piknik perusahaan. Mereka mengecap es krim dan saling curhat soal kehidupan keluarga. Obama bahkan sampai belajar bermain basket bersama Graig, abang Michelle, untuk mengenal adiknya.

Dia juga menolak pindah ke Washington DC agar bisa tetap dekat dengan Michelle. Michelle akhirnya luluh. Obama membuatnya terkesan. Keduanya lantas menonton film Do the Right Thing.

Beberapa tahun kemudian Obama mulai berpolitik. Sebagai keluarga muda, dengan ekonomi yang belum mapan, Michelle harus bekerja keras. "Hidup yang keras. Itu yang menjadikan Obama seorang pria yang tahu bersyukur," ujar Michelle.

Awalnya, Michelle menolak Obama ikut dalam pemilihan presiden. Dia kemudian mau mendukungnya, antara lain, setelah Obama memenuhi permintaannya berhenti merokok. Namun, hal yang terpenting, setelah Obama berjanji tetap memerhatikan keluarga, terutama kedua putri mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com