Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Itu Merusak Citra

Kompas.com - 21/01/2012, 03:56 WIB

jakarta, Kompas - Teror terhadap artis Shinta Bachir (25) merupakan cermin arogansi kekuasaan. Teror yang diduga dilakukan seorang mantan Kepala Polda Metro jika tak ditangapi serius bisa menimbulkan keresahan warga, mencoreng citra dan kewibawaan kepolisian sebagai lembaga penegak hukum.

Demikian rangkuman wawancara terpisah dengan kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, dan Ni Made Martini Puteri, dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, Jumat (20/1).

Achmad Rivai, pengacara Shinta, yang ditemui kemarin mengatakan, kasus ini akan dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri, pekan depan.

Menanggapi informasi itu, Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Sutarman justru mendesak korban agar segera melaporkan kasus ini, jangan membuat kasus ini sebagai komoditas hiburan.

”Sebut saja nama pensiunan jenderal polisi itu. Mengapa takut?” kata Sutarman.

Ia membantah anggapan polisi aktif bakal sungkan menuntaskan kasus yang melibatkan pensiunan polisi. ”Dalam penegakan hukum tidak ada istilah senior-yunior. Saya akan buktikan itu,” ujarnya menegaskan.

Kisnu mengatakan, jika benar yang mengancam akan membunuh Shinta dan keluarganya adalah pensiunan petinggi Polri, kasus ini akan mencoreng citra polisi. Bagi publik, polisi itu merupakan atribut yang melekat hingga akhir hayat.

”Secara organisatoris memang tidak ada lagi hubungan antara pensiunan polisi dan institusi Polri. Akan tetapi, publik tahu bahwa ikatan emosional antara yang bersangkutan dan lingkungan polisi yang masih aktif, tetap berlangsung. Inilah yang membuat publik menganggap polisi itu atribut yang melekat sampai mati,” tutur Kisnu

Oleh karena itu, lanjutnya, publik akan terus berharap, sampai pensiun pun, polisi harus bisa menjadi teladan.

Komoditas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com