Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bubi Chen dalam Kenangan

Kompas.com - 19/02/2012, 16:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- "Musisi kalau sudah sombong habislah dia. Musik itu, kan, ada kaitannya dengan jiwa. Kalau kita sombong, orang akan mendengarkan musik yang angkuh...," kata pianis jazz Bubi Chen, suatu kali.

Kami memanggilnya Om Bubi atau cukup dengan si Om saja. Dan Om kita ini memang sama sekali tidak sombong. Suatu kali misalnya Bubi hadir di arena Java Jazz dengan kursi roda. Orang-orang meminta foto bersamanya dan Bubi dengan senyum ramah melayani.

Bubi tidak banyak bicara, tetapi jika bercerita ia kadang memberikan sentuhan humor yang tidak terduga. Suatu kali, misalnya, Bubi bercerita tentang persahabatannya dengan Jack Lemmers di Surabaya—sebelum kemudian Jack berpindah ke Jakarta dan dikenal sebagai Jack Lesmana. Bubi bercerita bagaimana Jack begitu gigih mengasah kemampuan dalam jazz. Sampai-sampai Jack rela mengayuh sepeda ontel sambil menenteng bas betot ke rumah Bubi untuk berlatih. "Itu lebih baik daripada saya datang ke rumah Jack naik sepeda pancal sambil menenteng piano. He-he...," kata Bubi.

Tahun 1964, Bubi dan Jack Lemmers membuat album di Lokananta, Solo, Jawa Tengah. Album penting dalam jazz di Indonesia itu di-master ulang, kemudian diedarkan oleh Demajors, tahun 2007. Album serupa masih bisa dicari di Lokananta, Solo, dalam bentuk CD. Album berisi delapan lagu "lokal" yang disuguhkan dengan rasa jazz mainstream. Tersebutlah, antara lain, "Sri Ajunda", "Lajang-Lajang", "Merindu", "Hampa", dan "Kenangan Mesra".

Hidup baru

Bubi, yang terkena diabates telah dua kali menjalani amputasi kaki, yaitu pada Maret 2010 dan April 2011. Bubi Chen meninggal dalam usia 74 tahun pada Kamis (16/2/2012) sekitar pukul 19.05 di Rumah Sakit Telogorejo, Semarang, Jateng.

Manajer Bubi Chen, Lody Surya, menuturkan, setelah menjalani amputasi pertama, Bubi sempat menyurut dalam penampilan. "Tapi, setelah amputasi yang kedua, Om Bubi malah seperti merasakan hidup baru. Ia malah pengin rekaman," kata Lodhy, yang dihubungi pada Sabtu (18/2/2012), ketika tengah dalam perjalanan mengantar jenazah Bubi Chen dari Semarang ke Surabaya.

Bubi sempat tampil dalam konser pada 27 November 2011 di Grand City Surabaya. Konser itu menandai 25 tahun kehadiran Bubi dalam acara Jazz Traffic di radio Suara Surabaya. Direktur Utama Suara Surabaya Media, Errol Jonathans, menuturkan tentang masa muda Bubi yang sarat pemberontakan. "Tidak banyak musisi jazz memiliki konfigurasi karakter seunik Bubi Chen. Karakter temperamental tecermin dalam musiknya yang progresif," tutur Errol Jonathans.

Konser terakhir Bubi itu direkam secara live dan direncanakan akan diedarkan dalam bentuk album. Bubi saat itu memainkan jazz standar seperti "Autmn Leaves", "My One and Only Love", serta "Body and Soul", yang merupakan lagu favorit Bubi. "Konser itu benar-benar menandai come back-nya Om Bubi, dia main habis-habisan...," kata Lodhy.

Selain itu, Bubi juga masih membuat album yang belum sempat dirilis. Album jazz yang lebih ngepop itu antara lain menyuguhkan lagu Bee Gees seperti "Staying Alive" dan "Emotions".

Legenda

Wajah Bubi akan tampak cerah jika ia bicara soal musisi muda. Ia seorang pengajar jazz. Ia, antara lain, pernah mengajar musik di Virtuoso Semarang. Murid Bubi berasal dari Yogyakarta, Slawi, Kudus, sampai Purwokerto. Suatu kali pada awal era 2000-an, Bubi mendapat tawaran bermain tetap di Singapura, tetapi ia menolak. "Kalau saya tinggal, murid saya di sini mretheli," tutur Bubi menggunakan bahasa Jawa mretheli, yang artinya lepas atau hilang satu per satu.

Sebagai seniman, ia tidak ngongso dalam hal materi. Ia merasa kemampuannya di bidang musik itu merupakan anugerah dan berkah. "Saya memang sudah dipilih Tuhan untuk eksis di dunia musik jazz. Meski tidak kaya, tetapi saya bersyukur mempunyai sesuatu yang berguna. Dari sini lah saya bisa mendapatkan nafkah," ungkap Bubi.

Begitu bersahajanya legenda jazz Tanah Air ini. Bubi Chen telah pergi. Selamat jalan Om.... (XAR/ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com