JAKARTA, KOMPAS.com -- Evanescence, band heavy rock dari Little Rock (Arkansas, AS), merasa disambut bak superstar di Bandar Udara International Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, ketika tiba pada Jumat lalu (24/2/2012). Ternyata, itu tidak berarti tempat konser mereka, Hall A Pekan Raya Jakarta (PRJ), Sabtu (25/2/2012) malam lalu penuh oleh para penonton atau tiket konser mereka terjual habis. Namun, dengan jumlah penonton yang tidak mengisi seluruh tempat tersebut, konser perdana Evanescence di Indonesia, LA Lights Concert: Evanescence Live in Jakarta, berjalan seru.
Band dari Bali, Gecko, lebih dulu menyemangati para penonton dengan "My Superman", "Smells Like Teen Spirit", dan "Pasti Cemburu". Usai Putri (vokal) bersama rekan-rekan se-Gecko-nya membuka konser itu, untuk beberapa waktu Hall A menjadi hening.
Ketika itulah tampak, Hall A, dengan daya tampung 8.000 penonton, masih menyediakan banyak tempat kosong di tiga kelas penonton--VIP, A, dan B--yang disediakan oleh promotor konser tersebut, yaitu ShowMaxx Entertainment. Para penonton menjadi terlihat terpecah-pecah. Keinginan Evanescence untuk akrab dengan para penonton, yang mereka sampaikan dalam jumpa pers pada Jumat lalu (24/2/2012) di Jakarta, bisa-bisa terhambat oleh keadaan itu.
Untungnya, pihak promotor konser tersebut cepat tanggap. Dengan rapi mereka "memindahkan" para penonton kelas A ke kelas VIP, yang harga tiketnya lebih mahal, Rp 1.200.000 per lembar. Sementara itu, para penonton kelas B, dengan tiket seharga Rp 500.000 per lembar, "dipindahkan" ke kelas A. Tapi, ada juga penonton kelas B yang berhasil menyempil di barisan terdepan, yang sudah ditempati oleh para penonton kelas VIP dan kelas A. Dengan "pemindahan" tersebut, posisi para penonton menjadi lebih terkonsentrasi.
Evanescence--Amy Lee (vokal, keyboard, dan harpa), Terry Balsamo (gitar), Troy McLawhom (gitar), Tim McCrod (bas), dan Will Hunt (drum)--muncul di pentas pada pukul 20.39 WIB. Mereka membuka konser dalam rangka tur promosi album Evanescence (2011) itu dengan "What You Want" dan "Going Under". Dengan vokal yang prima, Amy--yang mengenakan kostum seperti pebalet, dengan kombinasi warna ungu, merah, dan hitam--memesona para penonton.
"Selamat malam Jakarta, terima kasih sudah datang ke sini malam ini. Akhirnya kami bisa ada di sini. Terima kasih sudah menunggu kami bertahun-tahun. Berikutnya, kami menyebut (judul) lagu kami 'The Other Side'," seru Amy sebelum Evanescence menggelindingkan "The Other Side" dan melanjutkannya dengan "Weight of the World". "Thank you very much," ujar Amy setelahnya. "Terima kasih," lanjutnya mencoba berbahasa Indonesia dan disambut riuh rendah tepuk tangan penonton. Lagu berikutnya, "My Last Breath".
Penampilan Evanescence semakin galak, lengkap dengan dukungan tata cahaya dan backdrop digital bernuansa gothic yang begitu memanjakan mata. Seperti pada lagu "Made of Stone", pukulan drum dari Hunt seolah menyatu dengan sorot lampu dan transisi backdrop. Para penonton pun berhasil mereka larutkan. "Kalian senang sampai sejauh ini? Come on," seru Amy lagi sambil duduk di piano yang kemudian lagi-lagi disambut meriah oleh para penonton pada lagu "Lost in Paradise".
Dengan Amy masih memainkan piano, berikutnya ada "My Heart Is Broken" dan "Lithium". Kali ini fokus pencahayaan ke Amy, sementara para perseonel lainnya ditampilkan menjadi siluet, dengan lampu sorot ditembakkan dari belakang punggung Balsamo, McLawhom, McCrod, dan Hunt.
Habis-habisan digeber dengan lagu bertempo cepat, kini giliran lagu-lagu bertempo lambat. "Lagu berikutnya sedikit berbeda. Yang ini berjudul 'Swimming Home'," ujar Amy, yang kali ini bermain keyboard dan ditemani oleh McLawhom dengan gitar akustiknya.
Setelah itu, adrenalin kembali meningkat begitu "Sick" dan "Call Me When You're Sober" mengentak. Permainan piano yang sudah tak asing lagi pada intro "Call Me When You're Sober" berhasil membuat para penonton histeris. Apalagi, pada lagu tersebut Basalmo memamerkan teknik finger tap, sementara Hunt mengimbanginya dengan kecepatan gebukan drumnya. Bagaimana dengan McLawhom? Ya, gitaris berambut gondrong yang sempat keluar dari Evanescence itu juga tak kalah galak dengan aksi swing guitar di bahunya.
Lalu, ada lagu "Imaginary" dan hit "Bring Me to Life". "Bring Me to Life" disajikan tanpa kehilangan roh, meski tak ada rap dan growl dari vokalis Paul McCoy seperti aslinya.
Para penonton pun seolah diberi aksi pemungkas dengan "Bring Me to Life". Namun, mereka tidak percaya bahwa band kesayangan mereka telah berpamitan. "We want more... we want more," pinta penonton yang berharap Evanescence kembali ke panggung. "Terima kasih banyak. Anda masih ingin lagi? Terima kasih untuk semuanya. Kami datang dari jauh dan sekarang memiliki banyak teman di sini," ujar Amy menjawab permintaan para penonton. Konser Evanescence akhirnya ditutup dengan "Your Star" dan "My Immortal".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.