Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Sudah Menjadi Bagian Hidup Saya...

Kompas.com - 28/02/2012, 03:52 WIB

Pengantar Redaksi

Penggemar jazz pasti berusaha sebisa mungkin untuk menghadiri Java Jazz Festival 2012, sebuah festival jazz yang ditunggu-tunggu. Bahkan, dalam perkembangannya, hadir dalam JJF sudah menjadi gaya hidup, apa pun musik kesukaannya. Maka, selain hadirnya musisi dalam negeri dan nama-nama musisi jazz papan atas dunia yang manggung di sana, publik berbagai usia pun mengalir datang.

Di balik jalannya JJF itulah Dewi Allice Lydia Gontha alias Dewi Gontha, Presiden Direktur PT Java Festival Production, berperan ”mengendalikan” semuanya. Meski awalnya namanya sering dikaitkan dengan sang ayah, Peter F Gontha, perempuan kelahiran Leidschendam, Belanda, ini membuktikan diri bahwa dia bukan sekadar numpang nama bapak. Dia berupaya profesional. Dewi mengerjakan hampir semua urusan, mulai dari presentasi, sponsor, hingga mencari artis demi terselenggaranya JJF.

Selain JJF, dua acara besar yang dipromotorinya adalah Java Soulnation dan Java Rockin’land....

Saya dengar rumor tahun 2012 ini tak ada lagi pergelaran Java Rockin’land yang sukses digelar selama tiga tahun berturut-turut sejak 2009. Saya

hadir di setiap pergelaran JRL. Apakah akan ada festival penggantinya?

(Eko Prabowo, Bintaro, Tangerang)

Rumor bahwa festival rock kami tidak akan ada di tahun 2012 adalah salah. Hanya rumor saja. Saat ini bersamaan dengan mengerjakan JJF 2012, kami juga sedang merencanakan persiapan untuk Java Rockin’land.

Jeng Dewi, kapan membuat konser di Solo? Semua fasilitas lengkap.

Apalagi ada Pak Jokowi yang suka musik.

(Pak Rumongso, Solo)

Tentunya kami selalu terbuka dengan segala kemungkinan. Memang saat ini konsentrasi kami masih di Jakarta sambil mencoba mempelajari pasar di kota-kota lain di Indonesia. Yang pasti, kami tidak mau gegabah dengan asal menjalankan acara di kota lain. Harus dengan perencanaan yang baik supaya bisa maksimal.

Dapatkah sebelum Java Jazz ada beberapa pemusik jazz yang manggung di kota-kota di Indonesia sambil panitia membuka stan penjualan tiket Java Jazz? Jadi, penonton dari luar Jakarta enggak kerepotan mendapatkan tiket.

(Dedy Mahendra, Surabaya)

Tahun ini kami ada Java Jazz On The Move (pra-event JJF) di Bandung. Di sana kami juga melakukan penjualan tiket. Kami sangat berniat melaksanakan acara serupa di kota-kota lain bila memungkinkan.

Memang sudah ada beberapa rekanan festival yang juga meminta hal yang sama. Kami akan coba buat lebih matang. Doakan saja semoga untuk ke depannya kami juga bisa melaksanakan Java Jazz On The Move di beberapa kota di luar Jakarta. Adapun untuk pembelian tiket sebenarnya kami sudah bekerja sama dengan banyak tiket boks yang tersebar di luar Jakarta.

Lebih mudah lagi, kami juga menawarkan jasa pembelian tiket online seperti di www.javajazzfestival.com, www.javasoulnation.com dan www.javarockingland.com.

Motivasi apa yang membuat kamu begitu berusaha keras agar terlepas dari bayang-bayang nama besar ayahmu? Toh, kamu sendiri bisa buktikan bahwa kamu punya potensi dan talenta yang bagus.

(Willy Soen, Solo)

Motivasi saya adalah anak-anak, keluarga, tim kerja, dan juga untuk menjadi individu yang bisa dihargai atas hasil jerih payahnya dan bukan hanya karena nama. Namun, tidak akan saya mungkiri, kesempatan untuk masuk dalam industri ini awalnya terbantu karena nama, yang akhirnya saya harus teruskan dengan pembuktian kerja yang keras.

Dari mereka saya selalu terdorong untuk melakukan yang lebih baik. Dalam melakukan pekerjaan bersama tim, saya coba kasih kemampuan saya maksimal. Dengan demikian, saya bisa membuktikan diri kepada diri saya sendiri dan juga terhadap lingkungan pekerjaan.

Mbak, bisa sharing ihwal apa saja yang telah dipersiapkan dalam acara JJF, Bagaimana cara Anda menyikapi suka duka bidang yang Anda geluti selama ini?

(Yami Kuswati, Jakarta Selatan)

Dalam pelaksanaan JJF 2012—sama seperti tahun-tahun sebelumnya—kami selalu bekerja dengan mendapatkan artis yang ingin kami undang untuk tampil. Lalu dilanjutkan dengan pembuatan konsep acara. Kemudian dengan persiapan produksi, promo, dan marketing untuk acara tersebut. Semua hal tersebut adalah berkaitan dan selalu dimulai dari hal yang sama dan mendasar.

Dalam melaksanakan setiap pergelaran tentunya ada suka dan duka. Namun, pada akhirnya kami bisa memberikan sebuah acara yang bermutu—dengan segala kekurangannya—itu adalah suatu kepuasan yang tidak bisa terbayarkan. Pada saat membaca komentar pengunjung, peliputan acara di media, dan komentar dari partner acara, semua membuahkan perasaan di mana kami bisa merasa gagal ataupun berhasil.

Semua susah dan senangnya tetap kami jalankan dengan lapang dada dan mencoba menyelesaikan semua masalah satu demi satu.

Salut dengan Big Dream Mbak Dewi, atas terselenggara pergelaran terbesar dalam dunia jazz. Apa motivasi utama Mbak Dewi mengadakan acara besar ini? Apakah sebagai kecintaan terhadap seni jazz atau komoditas?

(Bern Jeremy, xxxx@yahoo.com)

Saya pribadi mulai mengerjakan acara ini karena ajakan ayah yang memang dari dulu sudah menggeluti dunia musik, jazz khususnya. Pada saat diajak, yang membuat saya menerima pekerjaan ini adalah dikarenakan misinya, yaitu untuk mempromosikan Indonesia secara positif melalui musik. Dengan festival tersebut, kami berharap bisa mendatangkan pengunjung dari negara tetangga untuk hadir di Indonesia, dan Jakarta pada khususnya.

Musik juga sudah menjadi bagian dalam kehidupan saya dari kecil. Dulu di tahun 80-an, ada band yang setiap hari latihannya di ruang tamu kami sehingga mendengar musik itu sudah menjadi suatu keharusan dalam keseharian keluarga kami. Bahkan, sekarang menurun ke anak-anak.

Motivasi saya adalah membuat sesuatu yang lebih baik di setiap acara yang kami selenggarakan demi mendukung industri, bisnis perusahaan tentunya, dan juga untuk anak-anak saya yang selalu mendukung pekerjaan saya.

Menurut saya, pionir dari acara jazz di Indonesia itu Java Jazz. Apakah ada rencana lain untuk membuat event musik di luar musik jazz ?

(Cahyo Nugroho, xxxx@yahoo.com)

Saat ini kami sudah ada 2 festival lain di luar JJF, yaitu Java Soulnation yang sudah berhasil kami selenggarakan selama 4 tahun dan juga Java Rockin’land yang sudah berhasil kami laksanakan selama 3 tahun terakhir.

Kalau saya nanti datang ke Java Jazz, adakah yang lebih baik, berbeda, atau hal baru yang bisa saya temui di sana?

(Agusdewi HM, Cilandak, Jakarta Selatan)

Adakah yang lebih baik? Well, itu untuk dinilai oleh pengunjung, bukan oleh saya, karena akan terlihat subyektif. Namun, kami saat ini memang sedang mencoba memperbaiki sistem jalannya acara. Secara konsep memang tidak ada yang berbeda, tetapi selalu ada perbaikan yang kami coba laksanakan berdasarkan review tahun sebelumnya.

Saya ingin bertanya, apakah kriteria musisi/group band untuk dapat tampil di JJF? Karena ada beberapa band yang bagus, seperti Traya Band dan Seven Vibes, telah mencoba memasukkan profil ke pihak Java, tetapi selama 4 tahun mencoba tidak pernah dipanggil.

Apakah ”test kelayakan” hanya sampai di tahap profil?

(Wahyu bhirowo SE, xxxx@gmail.com)

Mas Wahyu, terus terang, band yang ingin tampil setiap tahun bertambah banyak. Pengiriman profil barulah tahap awal, untuk tim program kami me-review karya masing-masing band atau performer.

Saya sarankan menghubungi tim program kami setelah mengirimkan profilnya untuk mengingatkan kami.

Bagaimana mengemas Java Jazz di samping profit oriented juga sebagai ajang pemberdayaan budaya bangsa berkreativitas sesuai karakter budaya?

(Ayik Suartana, Legian, Kuta, Bali)

Caranya tentu dengan memberikan kesempatan dan waktu bagi performer yang senior untuk melakukan sesuatu yang berbeda pada saat tampil di acara kami. Meminta mereka membuat konsep atau kolaborasi yang diharapkan belum dilihat pengunjung di tempat lain.

Bagi performer yang baru, kami selalu memberikan tempat dan waktu untuk mereka mengeksplorasi musik dan tampil di depan ribuan penonton untuk merasakan impact-nya setelah acara.

Tidak jarang kami mendapatkan e-mail dari artis yang menyampaikan bahwa setelah mereka tampil di acara kami, mereka di undang ke luar negeri untuk tampil ataupun menjadi besar di Indonesia dengan diawali dengan tampil di acara kami.

Karena festival yang kami adakan bisa juga menjadi media untuk mempromosikan band masing-masing agar dapat dilihat masyarakat luas.

Mba Dewi, selama wara-wiri di dunia pergelaran musik, siapa pemusik jazz yang ”paling” ingin dihadirkan di Java Jazz Festival? Kesulitan apa yang dihadapi untuk pergelaran Java Jazz Festival tahun 2012 ini?

(Dinda Aulia Marhaeni, Yogyakarta)

Kalau yang ”paling” diinginkan tentu banyak dan tidak bisa saya jabarkan satu per satu.

Kesulitan tahun ini adalah banyaknya artis yang memerlukan alat yang akhirnya harus dipinjam dari pemilik pribadi ataupun dari luar negeri untuk memenuhi permintaan mereka. Namun, tentunya semua kami jalankan dengan segala pertimbangan.

Hi, apakah mbak Dewi penggemar musik jazz juga?

(Ade Burhanudin, xxxx@yahoo.co.id)

Saya penggemar musik pada umumnya. Tidak spesifik jazz. Kalau enak, pasti saya dengarkan.

Mengapa pergelaran Java Jazz lokasinya dipindahkan dari Jakarta Convention Center, Senayan, ke Jakarta Expo Kemayoran, bukankah lokasi JCC lebih prestisius?

(Arief Wibowo, Bintaro, Tangerang Selatan)

Kalau di luar negeri, tempat-tempat konser juga banyak sekali yang berada tidak di tengah-tengah kota. Pemilihan JiExpo adalah karena terakhir kami mengadakan JJF di Jakarta Convention Center, kapasitasnya sudah tidak mencukupi. Untuk itu, kami pun memindahkan acara kami ke JiExpo.

Banyak orang pasti berpikir bahwa sukses yang kamu raih tidak lepas dari peran ayahmu. Bagaimana kamu menjaga agar bisa independen dari bayang-bayang pengaruh besar ayahmu dalam menjalankan bisnismu saat ini?

(Yohanesvyn Anwar, Jambi)

Usaha bekerja keras dan maksimal semampu saya dan terus mencoba belajar dari orang-orang di sekitar saya untuk dapat menambahkan ilmu. Nama saya akan selalu sama, tetapi akhirnya hasil kerja sama yang bisa membuktikan bahwa saya bukan sekadar penyandang nama, melainkan memang melakukan kontribusi dalam pekerjaan saya.

Tidak berhenti berusaha adalah cara saya membuktikan diri kepada masyarakat.

Apa saja kendala yang sering Mbak hadapi sebagai seorang promotor Java Jazz? Siapa musisi mancanegara yang ingin sekali Mbak datangkan ke Indonesia, tetapi belum terwujud?

(Prawatya Endrawila Pawestri, Bekasi)

Saat ini banyak sekali promotor baru yang bermunculan. Kalau berhenti berkreativitas, akhirnya kita akan tenggelam. Jadi, kita tidak boleh merasa terlalu nyaman, tetapi harus terus memacu diri untuk membuat sesuatu yang lebih baik.

Banyak sekali artis yang ingin saya datangkan, tetapi belum terwujud. Terlalu panjang daftarnya kalau saya jabarkan. Kendalanya biasanya karena mereka ada di AS. Banyak di antara mereka tidak mau datang kalau hanya untuk satu pertunjukan. Jadi, kalau tur, maka lebih memungkinkan untuk kami undang.

Benarkah tudingan orang bahwa mereka yang datang ke JJF itu lebih sebagai gaya hidup saja? Banyak di antara mereka bukan penikmat jazz, melainkan cuma gaya-gayaan saja. Banyak di antaranya malah maen BBM atau gadget, sementara musisi jazz di panggung beraksi.

(Winwin, Jakarta Selatan)

Mungkin saya yang harus bertanya, apakah salah bila memang ada segelintir pengunjung yang datang ke sana untuk hadir dalam acara yang sudah diakui secara internasional, untuk mencoba merasakan experience-nya?

Peminat Jazz atau bukan peminat jazz, kehadiran mereka juga bagian dari suksesnya sebuah acara. Apa pun itu acaranya. Kami berharap pengunjung bisa belajar bahwa variasi musik itu sangat lebar.

Apa arti sebuah keluarga bagi Mbak Dewi? Bagaimana memprioritaskan mereka dibandingkan dengan pekerjaan Mbak yang pasti sangat sibuk sekali, apalagi di saat menghadapi JJF seperti saat ini?

(Prita Arayna, Kebayoran Lama, Jakarta)

Keluarga sangatlah penting buat saya. My kids are my world. Namun, betul jika dikatakan bahwa pekerjaan ini sebelum acara berlangsung memakan waktu yang cukup banyak, tetapi itu konsekuensi dari pilihan hidup saya.

Yang saya bisa lakukan adalah terus mencoba melakukan yang terbaik bagi keluarga dan juga pekerjaan pada saat yang bersamaan. Mencoba membayar waktu yang hilang karena pekerjaan di saat acara belum berlangsung. Saya berharap untuk tetap bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya dan selalu ada di saat mereka memerlukan saya. (ush)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com