Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koleksi Sinematek adalah Warisan Budaya

Kompas.com - 09/05/2012, 21:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Koleksi film, naskah, buku dan poster film Pusat Informasi dan Dokumentasi Perfilman (Sinematek) Indonesia layak diperlakukan sebagai warisan budaya bangsa (heritage).

Pusat dokumentasi ini menyimpan Para peneliti kebudayaan, sejarah dan perfilman juga sering memanfaatkan Sinematek. Peneliti ini bukan hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari beberapa universitas dunia seperti Yale University, University of Colorado, dan lain-lain.

Sineas Riri Riza, Rabu (9/5/2012), mengatakan, koleksi yang dimiliki Sinematek sebagian layak diperlakukan sebagai warisan budaya, mengingat usianya yang sudah lebih dari 50 tahun. Karya-karya intelektual tersebut sayangnya hanya dianggap sebagai tumpukan barang bekas, dan diperlakukan tidak selayaknya sebagai warisan budaya.

Dari koleksi kuno yang tersimpan di Sinematek, pengunjung bisa melacak jejak sejarah perfilman Indonesia dan perkembangan perfilman nasional.

Sinematek mengoleksi film yang menandai berkembangnya kebudayaan bangsa Indonesia. Film paling "tua" yang dimiliki Sinematek adalah film Loetoeng Kasaroeng yang dibuat oleh sutradara Belanda  G Kruger dan L Heuveldorp.

Pada waktu film tersebut dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum terbentuk dan masih berupa wilayah jajahan Kerajaan Belanda bernama Hindia Belanda.

Film bisu dan masih hitam putih itu diproduksi Perusahaan Film Jawa NV di Bandung, dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.

Tahun 1931 film bersuara mulai dikenal di Indonesia melalui film Boenga Roos dari Tjikembang. Film buatan peranakan Tionghoa-Indonesia The Teng Chun ini, berkisah tentang hubungan antara etnis Tionghoa dengan pribumi.

Tahun 1950 Indonesia mulai memproduksi film sendiri. Pada tahun  itu sutradara Usmar Ismail memproduksi film berjudul Darah dan Doa. Film tersebut merupakan produksi pertama Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau