Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dani, Agnes, dan Anang Sebaiknya Mundur jika...

Kompas.com - 02/06/2012, 20:54 WIB

Oleh: Windoro Adi

KOMPAS.com — Ketika pengamen kereta api asal Bekasi, Jawa Barat, Januarisman Runtuwene alias Aris (24), terpilih menjadi bintang Indonesia Idol tahun 2008, muncul harapan, panggung Indonesia Idol bakal menjadi produsen penyanyi Indonesia yang andal dan kaya dalam berkarya.

Kemenangan Aris bak menafikan kekuatan tangan yang tak tampak (invisible hand) yang bernama "bom" SMS (layanan pesan singkat), ataupun kekuatan primordial kedaerahan atau kelompok.

Sejak babak penyisihan awal, ketiga hakim—Indra Lesma, Titi Dwi Jayanti, dan Anang Hermansyah—kala itu sudah meyakini Aris bakal jadi bintang Indonesia Idol. Titi bahkan sudah memberikan standing aplaus di babak dini ajang bergengsi tersebut.

Suara SMS mengamini pendapat ketiga hakim. Aris memang pantas menjadi bintang Indonesian Idol, bahkan mungkin menjadi mahabintang di sepanjang sejarah Indonesian Idol sampai akhirnya datang bintang baru, Sean.

Sean, seperti disampaikan para hakim, bukan hanya secara teknis menyanyi sempurna, melainkan juga cerdas menginterpretasikan lagu yang ia bawakan, bahkan menjadikan lagu yang ia bawakan menjadi lagu "miliknya".

Puncaknya adalah ketika ia membawakan lagu "Don't Stop Me Now" yang aslinya dibawakan penyanyi grup Queen, Freddy Mercury. Tak seorang pun hakim menyangka, lagu itu di tangan Sean yang baru berusia 16 tahun menjadi lagu yang cocok dinyanyikan penyanyi perempuan. Aris atau para bintang Indonesian Idol lainnya? Belum tentu mereka mempunyai kecerdasan setingkat Sean.

Skandal

Seperti halnya saat menghadapi Aris di babak awal penyisihan, ketiga hakim—Dhani Ahmad, Agnes Monica, dan Anang—pun sudah mengendus kepiawaian dan talenta Sean. Tetapi, apa yang terjadi pada Jumat (1/6/2012) malam lalu? Sean tersisih oleh SMS.

Ketiga hakim akhirnya menganulir kekuatan SMS tersebut dengan hak veto sehingga Sean tidak tersisih. Akan tetapi, hak veto hanya diberikan sekali untuk mengantisipasi kekuatan bom SMS yang dinilai tidak adil dan pernah mencuat di media massa. Bahkan, dalam portal Kaskus seseorang memberi tahu cara membuat bom SMS.

Begitulah jika semboyan vox populi vox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan) sudah dimanipulasi menjadi vox populi vox pecunna (suara rakyat adalah suara uang).

Hak veto yang cuma sekali diberikan kepada para hakim tentu saja tak akan mampu membendung kekuatan uang di balik bom SMS. Jika penyelenggara Indonesian Idol membiarkan hal ini, maka kasus ini bakal menjadi skandal dan preseden buruk yang justru merusak industri musik Indonesia.

Penyelenggara Indonesia Idol seharusnya tidak memberikan hak veto yang cuma sekali kepada para juri, tetapi menggratiskan SMS seperti dilakukan penyelenggara American Idol untuk mematikan kekuatan bom SMS. Kontrol terhadap prinsip "Satu suara untuk satu nomor telepon genggam" juga harus dilakukan.

Maka, apabila pada babak penyisihan pekan depan masih terjadi hal seperti ini, sebaiknya Dhani Ahmad, Agnes Monica, dan Anang Hermansyah mundur sebagai hakim di depan publik sebagai pertanggungjawaban mereka. Sebab, mereka hadir di Indonesia Idol tidak lagi sebagai hakim, tetapi sekadar penggembira yang melantunkan humor dan retorika-retorika tentang keindahan.

Indonesian Idol cuma menjadi tontonan para pendukung peserta. Ironis memang, saat American Idol 2012 mengumumkan Philip (21) si pekerja toko di Leesburg, Georgia, sebagai bintang baru mengalahkan penyanyi balada Jessica Sanchez (16) asal Chula Vista, California, Indonesia Idol justru terjerembab skandal bom SMS. Sekali lagi, Dhani, Agnes, dan Anang lebih baik mundur jika bom SMS itu sudah sangat keterlaluan merusak pakem kepiawaian dan kecerdasan berseni suara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com