Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pijat Tradisional Jawa di Sebuah Kampung Malaysia

Kompas.com - 23/09/2012, 20:59 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

PAHANG, KOMPAS.com - Dí sebuah desa di Pahang, Malaysia, tepatnya Kampung Sungai Pasu, menjadi salah satu kawasan homestay seperti desa wisata terbaik di Malaysia. Namun, jangan kaget, jika masyarakat di sini menjual paket spa berupa pijat tradisional Jawa maupun menawarkan turis makanan Jawa. Jangan heran pula, jika sebagian besar orang tua di desa ini mampu berbicara bahasa Jawa, namun tak bisa berbahasa Indonesia.

Menurut Kepala Kampung Sungai Pasu, Mohd. Zamri B. Maarof, sebagian besar penduduk yang tinggal di kampung tersebut merupakan keturunan orang Jawa, termasuk Zamri sendiri. "Kakek saya orang Yogyakarta yang pindah ke Malaysia di tahun 1945. Beberapa orang tua masih bisa berbicara dalam bahasa Jawa. Kami masih sering gunakan," tuturnya di sela-sela acara Malaysia Tourism Hunt 2012, di Pahang, Malaysia, Sabtu (22/9/2012).

Ia menceritakan bahwa orang-orang Jawa yang merantau ke Malaysia kemudian membangun Kampung Sungai Pasu. Bahkan, gamelan khas Jawa yang dibuat pada akhir abad ke-19 terdapat di desa ini. Sayang, karena waktu yang mepet, Kompas.com tak sempat melihat gamelan tua itu.

Kampung Sungai Pasu terdiri dari 300 kepala keluarga yang mendiami desa seluas 194,4 hektar dan berada di tepian sungai. Zamri menuturkan kampungnya memiliki 24 homestay atau rumah-rumah penduduk yang dijadikan tempat penginapan untuk turis. Kampung itu baru dikembangkan sebagai destinasi wisata di tahun 2008. "Kami berkonsultasi pada Kementerian Pelancongan Malaysia (Kementerian Pariwisata Malaysia) mengenai pengembangan kampung menjadi tempat turis," jelasnya.

Zamri mengaku, tak ada kendala berarti saat mengembangkan kampung yang tak pernah dikunjungi turis menjadi sebuah kampung homestay. Sebab, di awal ia membuat pertemuan dengan penduduk kampung dan menerangkan bahwa pengembangan kampung ke arah pariwisata adalah untuk meningkatkan perekonomian penduduk setempat. "Dulu pendapatan per bulan (rata-rata) 1.000 Ringgit. Sekarang 3.000 Ringgit per bulan," ungkap Zamri.

Kampung Sungai Pasu merupakan satu dari beberapa homestay yang ada di Pahang. Setiap bulannya, kampung ini memiliki program-program untuk murid internasional, misalnya dari Singapura, Taiwan, dan lain-lain. Sementara okupansi rata-rata per bulan paling sedikit adalah 10 orang. Namun, banyak pula turis yang berkunjung untuk melakukan beragam aktivitas, tanpa menginap di kampung tersebut.

Kampung Sungai Pasu menawarkan aktivitas budaya khas Melayu dan Jawa. Turis bisa melihat pertunjukan budaya seperti tarian Melayu, seni kompang, melihat pembuatan lemang dan makanan khas Jawa, mencoba sumpit (tiup panah), belajar menari tarian tradisional, rafting dengan bambu, sampai memancing di sungai. Ada pula paket tur menjelajahi alam di sekitar kampung.

Malaysia Tourism Hunt 2012 sendiri merupakan ajang perkenalan produk wisata terbaru Malaysia yaitu mengunjungi daerah-daerah wisata di Malaysia melalui jalur darat. Sebanyak 90 peserta yang terdiri dari media internasional dari negara-negara Asia, media lokal Malaysia, dan biro perjalanan wisata Malaysia, mengunjungi berbagai tempat wisata di Malaysia selama 6 hari 5 malam.

Para peserta dibagi dalam kelompok dan saling bertanding untuk memecahkan teka-teki maupun aneka lomba fisik di setiap destinasi. Cara mencapai satu titik destinasi ke destinasi adalah dengan mobil yang dikendarakan oleh peserta itu sendiri. Malaysia Tourism Hunt 2012 berlangsung dari 20-25 September 2012. (Ni Luh Made Pertiwi F, dari Pahang, Malaysia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com